Covered StoryPeristiwaTrending

Menko Polhukam Serukan Toleransi Pasca Pembubaran Paksa Ibadah Mahasiswa di Tangsel

Loading

Akurasi.id – Insiden pembubaran paksa ibadah Doa Rosario yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) di Tangerang Selatan telah menarik perhatian luas dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Menko Polhukam, Hadi Tjahjanto, dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan di Hotel Grand Sahid, Jakarta, menyerukan pentingnya toleransi dan saling menghormati antar pemeluk agama di Indonesia.

Kasus yang berlangsung pada tanggal 5 Mei 2024 tersebut telah menyebabkan penangkapan empat orang, termasuk ketua RT setempat, yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Menanggapi kejadian ini, Menko Polhukam menekankan bahwa keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia harus dijaga dengan hati-hati melalui sikap toleransi yang tinggi antar sesama warga negara.

“Kita harus melihat ini sebagai pelajaran penting bagi kita semua, bahwa toleransi dan menghormati kebebasan beragama adalah fondasi yang harus terus kita kuatkan,” ujar Hadi Tjahjanto. Beliau juga menambahkan bahwa pemerintah akan terus bekerja keras untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

Pada konferensi pers yang juga dihadiri oleh berbagai pejabat keamanan dan hukum, Hadi menyampaikan bahwa kejadian di Tangerang Selatan merupakan suatu panggilan bagi semua pihak untuk mengintrospeksi diri dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan dengan damai. “Tidak ada tempat untuk intoleransi di negara kita,” tegasnya.

Jasa SMK3 dan ISO

Selain itu, Hadi juga menyerahkan proses hukum kasus ini sepenuhnya kepada kepolisian, yang saat ini sedang melakukan penyelidikan mendalam. “Kita percaya pada sistem peradilan kita, dan saya yakin kepolisian akan bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku,” lanjut Hadi.

Kepolisian Resor Tangerang Selatan di bawah kepemimpinan AKBP Ibnu Bagus Santoso telah mengambil langkah cepat dalam menangani kasus ini. “Kami telah mengamankan beberapa barang bukti dan saat ini sedang dalam proses pemeriksaan lebih lanjut terhadap saksi-saksi,” ujar Ibnu dalam sebuah kesempatan terpisah.

Reaksi masyarakat terhadap insiden ini pun beragam. Sebagian besar mengecam keras tindakan tersebut dan mendukung seruan toleransi yang disampaikan oleh Menko Polhukam. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan komunitas agama juga menambahkan suara mereka dalam meminta pemerintah untuk meningkatkan upaya dalam memperkuat nilai-nilai keberagaman dan toleransi.

Sebagai respons terhadap kejadian ini, beberapa kelompok masyarakat sipil dan lembaga keagamaan mengadakan dialog dan workshop tentang keberagaman dan toleransi. Tujuannya adalah untuk mengedukasi masyarakat luas tentang pentingnya menghargai dan menghormati perbedaan sebagai kekuatan yang mempersatukan bangsa.

Kasus pembubaran paksa ibadah di Tangerang Selatan ini bukan hanya menjadi sorotan di tingkat nasional tetapi juga telah menarik perhatian internasional terhadap upaya Indonesia dalam menjaga keharmonisan sosial di tengah keberagaman yang ada.

Melalui momen ini, harapan baru untuk Indonesia yang lebih toleran dan damai terus tumbuh. Masyarakat Indonesia diharapkan dapat mengambil pelajaran dari peristiwa ini dan bersama-sama bekerja untuk membangun negara yang lebih baik dengan keberagaman yang menjadi sumber kekuatan.(*)

Penulis: Ivan
Editor: Ani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button