Krisis Sepatu Bata dengan PHK Massal dan Penutupan Pabrik di Purwakarta

![]()
Akurasi.id. Jakarta – Di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat sebesar 5,11% pada kuartal I 2024, kabar kurang menyenangkan datang dari industri manufaktur. PT Sepatu Bata Tbk, salah satu produsen sepatu terkemuka, mengumumkan penutupan pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, yang berdampak langsung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 233 karyawannya.
Penutupan ini terjadi di tengah kondisi pasar yang menantang, di mana permintaan terhadap produk-produk Bata terus menurun selama empat tahun terakhir. “Pada awal Mei 2024, kami menerima laporan terjadinya PHK, karena perusahaannya tutup,” ungkap Didi Garnadi, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Purwakarta.
Perusahaan telah berusaha mengatasi kerugian yang dialami dengan berbagai upaya, namun akhirnya harus mengambil keputusan sulit untuk menghentikan operasi. Pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Cibening, Kecamatan Bungursari ini telah lama beroperasi dan menjadi salah satu sumber pekerjaan utama di wilayah tersebut.
Proses PHK dilakukan secara bertahap dengan janji perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban, termasuk pembayaran gaji dan pesangon, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. “Pihak perusahaan telah melaporkan akan menyelesaikan seluruh hak-hak karyawannya yang di PHK,” jelas Didi.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun angkat bicara. Mereka berencana untuk memanggil manajemen PT Sepatu Bata Tbk guna membahas lebih lanjut tentang keputusan penutupan pabrik ini. “Kami akan panggil industri alas kaki Bata,” kata Febri Hendri Antoni Arif, Juru Bicara Kemenperin. Menurut Febri, sebagian besar bisnis Bata ada di ritel dan produk ritel mereka diisi dari produk impor, yang menambah kompleksitas situasi saat ini.
Kejadian ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh industri manufaktur di Indonesia, yang harus beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan perilaku konsumen dan persaingan yang semakin ketat. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh para pekerja yang terkena PHK, tetapi juga oleh ekosistem ekonomi lokal yang bergantung pada keberadaan industri seperti Bata.
Penutupan pabrik Bata di Purwakarta adalah contoh pahit dari realitas industri yang harus terus berinovasi dan efisien untuk bertahan dalam pasar global yang dinamis.(*)
Penulis: Ani
Editor: Ani









