
Solo, Akurasi.id – Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPAA Hamangkunegoro, menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah mengunggah kritik pedas terhadap kondisi Indonesia. Dalam unggahan Instagram Story pribadinya, @kgpaa.hamangkunegoro, ia menuliskan kalimat yang kontroversial: “Nyesel gabung Republik” dan “Percuma Republik Kalau Cuma untuk Membohongi.”
Unggahan tersebut langsung viral dan memicu beragam reaksi dari masyarakat. Menanggapi hal ini, Pengageng Sasana Wilapa Karaton Surakarta Hadiningrat, KPA H Dany Nur Adiningrat, menyatakan bahwa kritik tersebut merupakan bentuk keprihatinan atas berbagai permasalahan nasional yang sedang terjadi.
Kritik terhadap Pemerintah
Menurut Dany, unggahan KGPAA Hamangkunegoro adalah bentuk kritik terhadap berbagai isu yang sedang melanda negeri ini, di antaranya:
- Kasus Pertamax Oplosan – Dugaan pengoplosan BBM yang merugikan negara hingga hampir Rp 1.000 triliun.
- PHK Massal di PT Sritex – Pemutusan hubungan kerja dalam jumlah besar, meskipun pemerintah sebelumnya menjanjikan perlindungan terhadap tenaga kerja.
- Kasus Korupsi Timah – Skandal besar yang menyeret banyak pihak dan menyebabkan kerugian negara dalam jumlah fantastis.
- Kasus Pagar Laut – Masalah yang dinilai tidak ditangani dengan tegas oleh pemerintah.
Dany menegaskan bahwa kritik yang disampaikan Hamangkunegoro adalah bentuk kepedulian terhadap kondisi negara. “Kita lihat postingan sebelumnya, beliau menyoroti tentang BBM yang dioplos, merasa terbohongi, dan ini menjadi kritik keras bagi pemerintah,” ungkapnya.
Bentuk Satire, Bukan Anti-Negara
Lebih lanjut, Dany menegaskan bahwa Keraton Solo tetap memiliki semangat nasionalisme dan mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurutnya, unggahan tersebut merupakan bentuk satire yang mencerminkan kekecewaan terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di negeri ini.
“Dilihat dari kata-katanya, ini adalah ungkapan satire sebagai anak bangsa. Kami di Keraton Solo tetap berpegang teguh pada semangat Merah Putih. Kami pastikan itu,” tegas Dany.
Hingga saat ini, unggahan kontroversial tersebut telah dihapus dari akun Instagram KGPAA Hamangkunegoro, namun jejak digitalnya masih ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial.
Respon Masyarakat
Reaksi netizen pun beragam. Sebagian mendukung kritik yang disampaikan Hamangkunegoro dan menilai bahwa kritik terhadap pemerintah adalah hak setiap warga negara. Namun, ada juga yang mempertanyakan apakah pernyataan tersebut mencerminkan sikap resmi Keraton Solo.
Sebagai putra mahkota dan penerus Keraton Solo, KGPAA Hamangkunegoro memiliki posisi yang strategis dalam sejarah dan budaya Jawa. Kritik yang disampaikannya menunjukkan bahwa ia tidak hanya peduli terhadap keberlangsungan keraton, tetapi juga terhadap kesejahteraan rakyat dan masa depan bangsa.
Unggahan KGPAA Hamangkunegoro yang viral menunjukkan bahwa suara kritik dari kalangan bangsawan Jawa masih memiliki daya tarik dan resonansi yang kuat di tengah masyarakat. Kritik yang ia sampaikan mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi negara dan berbagai kebijakan yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.
Meski menimbulkan pro dan kontra, satu hal yang pasti: kritik dari seorang putra mahkota tetap menjadi cerminan kegelisahan banyak orang terhadap situasi yang sedang berlangsung di Indonesia.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy