
Akurasi.id – Seorang guru Madrasah Diniyah (Madin) di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Ahmad Zuhdi (63), menjadi sorotan publik usai dijatuhi denda Rp25 juta oleh orang tua murid karena diduga menampar siswa yang melempar sandal saat pelajaran berlangsung. Kasus yang sempat dilaporkan ke kepolisian ini mengundang empati luas, mengingat pengabdian Zuhdi selama 30 tahun sebagai guru ngaji dengan gaji hanya Rp125 ribu per bulan.
Peristiwa itu terjadi pada Mei 2025. Menurut keterangan rekannya, Safiq, insiden bermula ketika sejumlah siswa bercanda dan melempar sandal hingga mengenai meja guru. Meski sudah diperingatkan, salah satu siswa tetap membuat kegaduhan hingga akhirnya mendapat teguran keras dari Zuhdi, termasuk tindakan menampar. Orang tua siswa tak terima dan membawa kasus ini ke jalur hukum, bahkan meminta ganti rugi.
Ahmad Zuhdi pun menandatangani surat perjanjian damai bermaterai dan menyanggupi membayar denda Rp25 juta. Namun, dengan penghasilan yang sangat terbatas, ia hanya mampu mengumpulkan Rp12,5 juta hasil dari menjual motor dan pinjaman rekan-rekannya. Situasi ini menyita perhatian masyarakat setelah video kejadian viral di media sosial.
Respons publik pun mengalir deras. Sejumlah tokoh dan pejabat berdatangan ke rumah Zuhdi di Desa Cangkring B, Kecamatan Karanganyar, termasuk Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, Ketua DPRD Demak Zayinul Fata, hingga pendakwah Gus Miftah. Mereka memberikan dukungan moral dan bantuan langsung kepada guru sepuh tersebut.
Gus Miftah bahkan memberikan hadiah umroh dan sepeda motor baru kepada Zuhdi, serta menegaskan bahwa jika denda harus dibayar, pihaknyalah yang akan menanggungnya. “Guru ngaji adalah pejuang yang mendidik dengan keikhlasan. Ini bentuk apresiasi kami,” ujar Miftah.
Di sisi lain, Kepala Kemenag Demak Taufiqur Rahman menyebut laporan dari pihak orang tua siswa telah dicabut, dan proses belajar mengajar di madrasah kembali berjalan normal. Ia berharap madrasah tetap menjadi tempat aman dan nyaman untuk pendidikan agama.
Sementara itu, Wakil Gubernur Taj Yasin mengimbau masyarakat menyelesaikan masalah secara kekeluargaan agar tidak menimbulkan trauma bagi siswa maupun guru. Ia juga mengingatkan bahwa konflik seperti ini dapat mencoreng citra lembaga pendidikan.
Ahmad Zuhdi kini kembali mengajar dengan penuh semangat, tersenyum menerima banyak dukungan dan bantuan. Ia mengaku hanya ingin persoalan ini segera selesai dan kembali damai, apalagi ia menganggap siswa tersebut sudah seperti anaknya sendiri.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy