Usai Tagani Pasien Corona, Tenaga Medis RSIA Sangatta Banjir Stigma Negatif


Akurasi.id, Sangatta – Diumumkannya salah seorang pasien positif corona asal Kutai Timur (Kutim) beberapa waktu lalu, membawa efek domino bagi para tenaga medis dan dokter Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Cahaya Sangatta. Hal itu menyusul kalau RSIA Cahaya Sangatta pernah menjadi tempat rujukan dan pemeriksaan pasien positif corona.
Pasca itu diumumkan, RSIA Cahaya Sangatta kemudian mengambil sikap cepat dengan menutup sementara operasional dan pelayanan di tempat itu. Para dokter dan tenaga medis yang diketahui pernah terpapar pasien dimaksud, juga telah diminta menjalani isolasi mandiri.
Hal itu sebagai upaya mencegah menyebarnya wabah virus corona semakin meluas. Namun sayang, di balik kebijakan itu, masih ada saja masyarakat yang tidak menghargai itu. Hal itu diketahui dari sebuah video yang beredar video seorang pasien yang sedang dirujuk di RSIA Cahaya Sangatta sebelum diumumkan positif corona.
Tidak hanya itu, dalam video yang beredar itu, diketahui juga turut mencantumkan nama-nama para dokter dan tenaga medis yang sedang menjadi orang dalam pemantauan (ODP) karena diketahui sempat berkontak langsung dengan pasien positif corona.
Beredarnya video itu dianggap sebagai bagian dari upaya perundungan atas para dokter dan tenaga medis di RSIA Cahaya Sangatta. Di sisi lain, video itu seolah-olah tengah membangun stigma negatif atas para dokter dan tenaga medis yang pernah berkontak dengan pasien corona.
Terkait itu, Direktur RSIA Cahaya Sangatta Meitha PE Togas menegaskan, kalau video pasien dalam pengawasan (PDP) corona itu yang beredar tersebut bukan berasal dari pihaknya. Melainkan dari oknum lain di sekitar rumah sakit itu.
“Bagi yang menyebar video itu, saat ini sudah kami laporkan. Karena melanggar Undang-Undang ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik),” sebut Meitha saat dikonfirmasi media ini melalui telepon selulernya, Sabtu (28/3/20).
Dengan adanya video yang beredar itu, lanjut dia, seolah-olah sedang membangun stigma yang kurang baik terhadap para tenaga medis yang dimiliki RSIA Cahaya Sangatta. Utamanya mereka yang diketahui pernah berkontak dengan pasien positif corona sebelumnya.
Padahal, berbagai upaya telah dilakukan RSIA Cahaya Sangatta dalam rangka mencegah wabah corona menyebar di masyarakat. Di antaranya, dengan menutup sementara seluruh kegiatan operasional dan pelayanan rumah sakit.
“Namun paradigma masyarakat berbeda. Justru kami dipandang sudah terpapar (virus corona),” ujarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, setelah mengetahui adanya pasien positif corona yang pernah menjalani memeriksakan kesehatan di RSIA Cahaya Sangatta, pihaknya langsung memutuskan meliburkan 26 orang tenaga medis yang diketahui pernah menanggani pasien. Tidak terkecuali dokter yang merawat pasien.
Tidak hanya itu, Meitha juga memutuskan merumahkan 100 karyawannya. Dan terhitung tanggal 24 Maret 2020, seluruh pelayanan dan operasional RSIA Cahaya Sangatta juga sudah ditutup.
“Saya sudah mengimbau mereka agar melakukan isolasi diri masing-masing dan melakukan pengecekan secara berkala,” ujarnya.
Selain itu, dia juga sudah meminta kepada keluarga tim medisnya agar melakukan social distancing. Namun hingga sejauh ini, paramedis itu tidak ada satu pun yang menunjukkan gejala atau keluhan terjangkit virus corona. Dari sisi upaya pencegahan lainnya yakni dengan melakukan penyemprotan disinfetakan di seluruh ruangan rumah sakit.
“Langkah penutupan sementara ini adalah inisiatif sendiri, tak ada stigma atau tekanan dari siapapun untuk menutup karena murni sebagai langkah cepat untuk memutus rantai penyebaran virus corona,” paparnya. (*)
Penulis: Ella Ramlah
Editor: Dirhanuddin