

Untuk mengenal Puguh Harjanto, Putra Ngawi yang hijrah merintis karir di Kota Taman, dapat dilihat dari keramahannya. Sebelum berada di titik sekarang, sebagai kepala DPMPTSP Kaltim, Puguh Harjanto telah melewati lika-liku perjalanan karir. Mari kita mengenal Puguh Harjanto!
Akurasi.id, Samarinda – Puguh Harjanto, pria kelahiran Ngawi, Jawar Timur, 10 Agustus 1979 silam, itu bisa dikenal sebagai pria yang pantang menyerah. Niat tulus dan kemauan adalah prinsip hidup yang dia gengam hingga kini bisa duduk sebagai nakhoda di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim.
Terlahir dari keluarga sederhana, dengan orang tua yang berprofesi sebagai guru sebelum pada akhirnya menjadi sebagai kepala desa. Tidak menyurutkan mimpi Puguh kecil untuk suatu waktu bisa menjadi putra kebanggaan dari kedua orang tuanya, mendiang Sidagung AH dan ibu Rusmiyati.
Sebagaimana anak-anak pada umumnya kala itu, Puguh menghabiskan masa kecilnya di Ngawi. Dari bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Pugu selesaikan di Ngawi. Kemudian pada bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan Puguh di SMA 2 Ngadi.
Selepas SMA, Puguh muda lantas memutuskan melanjutkan masuk ke perguruan tinggi dengan mencoba mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN). Di waktu yang bersamaan, Puguh mencoba-coba mengadu nasib dengan mendaftarkan diri di sekolah kedinasan, sekarang Institut Pemerintah Dalam Negeri (IPDN).
Dengan bermodalkan kepercayaan diri dan doa orang tuanya, Puguh lantas mengikuti seleksi di kedua tempat itu. Bagai dayung bersambut, Puguh ternyata lulus di UMPTN maupun sekolah kedinasan di IPDN dalam waktu bersamaan pada 1997. Kala itu, Puguh mengikuti seleksi tersebut di Jatinagor.
“Alhamdulillah, saya lolos baik di UMPTN maupun sekolah kedinasan. Saat UMPTN, saya mengambil jurusan arsitektur. Tapi karena saya lulus sekolah kedinasan dan setelah pantukhir, saya tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi, ke ITS,” ucap Puguh kala berbagi cerita dengan Akurasi.id.
Kemauan yang tinggi dan keuletan, jadi modal dasar Puguh menyelesaikan sekolah kedinasan selama 4 tahun di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) ketika itu. Lulus dari STPDN atau IPDN, Puguh mendapatkan tugas pertamanya di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Hampir 2 tahun lamanya Puguh muda bertugas di Pacitan. Pada waktu itu, Puguh bekerja sebagai staf bagian Diklat Badan Kepegawaian Kabupaten Pacitan. Selama waktu itu, Puguh sempat mendapatkan amanah sebagai ajudan bupati Pacitan. Dari sini, Puguh mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman baru.
Mengenal Puguh Harjanto dan Jodoh Memanggil yang Hijrah ke Kota Taman
Bertugas dan berkelana di Pacitan, nyatanya pada akhirnya membuat Puguh tetap beralih haluan. Jodoh, demikian Puguh menyebutkan. Pada 2003, dia mengajukan pindah ke Kota Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim). Jodoh, itu katanya yang telah memanggil dia berpindah ke Benua Etam -sebutan Kaltim.
“Karena kebetulan jodoh saya orang sini (Kaltim), saya mengajukan pindah mutasi ke Kota Bontang pada 2003. Di Bontang, saya memulai karir sebagai staf di Kecamatan Bontang Barat, saat itu kecamatan pemekaran,” tuturnya.
Pengalaman dan bekal keilmuan selama mengenyam pendidikan di STPDN, membuat Puguh mudah dan cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan yang baru. Agustus 2004 atau setelah sekitar 8 bulan menjadi staf, Puguh pun mendapatkan kepercayaan sebagai sekretaris Keluruhan Gunung Telihan.
2 tahun berselang, Puguh kembali naik jabatan menjadi sekretaris Kecamatan Bontang Barat pada Agustus 2006. Dari semula pangkat eselon IVB ke eselon IVA. Dari sini, mental dan pengalaman suami dari dr Lisa Retno Dewi ini, benar-benar di tempa. Karena karir Puguh terbilang mutar-mutar ke hampir banyak tempat.
Setelah dari sekretaris kecamatan, Puguh mendapatkan rotasi menjadi Kassubang Pertanahan, Sekretariat Daerah (Setda) Bontang. Namun baginya, tidak ada tempat yang sia-sia. Semua memiliki pengalaman dan ilmunya masing-masing yang perlu ia pelajari. Demikian, Puguh memberikan keyakinan dalam merintis karir birokrasi.
“Saat menjadi Kassubang Pertanahan, di sini saya banyak mendapatkan pengalaman, terutama terkait rekonstruksi batas hutan lindung pada waktu itu,” ujarnya.
Dari Kassubang Pertanahan, bapak 4 anak ini kemudian pindah lagi menjadi Kasubbid Pengembangan Demokrasi dan HAM di Kesbangpol Linmas Bontang. Kemudian pindah lagi sebagai Kasubbag Umum Dinas Pendidikan Bontang pada 2010.
Puguh Kembali Belajar dari Awal
Tahun yang sama, tepatnya 27 September 2010, Puguh kemudian mendapatkan kepercayaan menjadi Kasubbid Wasdal Investasi BPPM, istilah sekarang adalah DPMPTSP Bontang. Ini menjadi perkenalan pertama Puguh dengan masalah perizinan dan investasi. Yang kelak, menjadi tempat Puguh mendapatkan amanah sebagai nakhoda atau kepala dinas termuda di Kota Bontang.
Di sini, ayah dari Rananta Sheik Alshazil ini mengaku mendapatkan banyak hal baru dalam karirnya. Jika sebelumnya ia hanya mengurus permasalahan pemerintahan, namun di DPMPTSP, ia harus belajar berbagai hal-hal teknis. Serta banyak bersentuhan dengan masalah di lapangan.
Menyadari ia yang awam di masalah perizinan dan investasi, Puguh tidak lantas berkecil hati. Dengan dukungan istrinya, Puguh kemudian mulai mempelajari semuanya, kendati itu harus memulainya dari awal. Dengan prinsipnya bekerja tulus dan ikhlas, dia menekuni setiap helai keilmuan dan persoalan di tempat dia menjabat.
“Saya benar-benar seolah belajar hal-hal baru, terutama terkait perizinan dan investasi. Dan ini sangat menarik bagi saya,” ucap ayah dari Radithya Wildan Yazid ini.
Kerja keras memang tidak menghianati hasil. Keuletan Puguh untuk belajar dan melahirkan inovasi-inovasi baru selama menjadi Kasubbid Wasdal Investasi, membuat dia mendapatkan kepercaya menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Promosi dan Kerja Sama Investasi DPMPTSP Bontang pada 2013.
Pada saat di posisi itu, Puguh kembali mendapatkan tantangan. Dirinya diminta oleh kepala DPTMPTSP Bontang kala itu untuk mulai mempelajari semua bidang-bidang lainnya di instansi itu. Mulai dari perizinan, promosi, kerja sama investasi, dan bidang lainnya, satu per satu dia pelajari tanpa ingin tahu tujuan dari permintaan pimpinannya tersebut.
“Pada 2016, saya mendapatkan mutasi ke Dinas Perkim dan Pertanahan, dengan tugas yang sama pada saat saya mengurus sebagai Kasubbag Pertanahan. Cuman saat itu, saya sudah menjabat Kabid Pertanahan. Saya kembali mengurus pertanahan hingga pertengahan 2018,” tutur Puguh mengenang. (bersambung)
Penulis/Editor: Dirhanuddin