EkonomiHeadlineRagam

Inflasi Kaltim Oktober 2022 Dipicu Kenaikan Harga Makanan dan Transportasi

Loading

Pada Oktober 2022 inflasi Kaltim dipicu kenaikan harga makanan dan transportasi. Tercatat lebih rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya.

Akurasi.id, Samarinda – Pada Oktober 2022, Inflasi Kaltim tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim periode Oktober 2022 tercatat inflasi sebesar 0,17% (mtm). Lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,85% (mtm).

Capaian ini membuat inflasi tahunan Kaltim pada Oktober 2022 tercatat sebesar 5,83% (yoy). Lebih tinggi dibandingkan capaian nasional yang berada pada 5,71% (yoy).

Kepala Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim Ricky Perdana Gozali menerangkan, berdasarkan kelompok pengeluarannya. Inflasi pada bulan ini utamanya bersumber dari peningkatan harga pada kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran. Serta, kelompok transportasi. Sementara itu, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Jasa SMK3 dan ISO

“Inflasi pada kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran sejalan dengan peningkatan keyakinan konsumen,” kata dia.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Kaltim. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Oktober 2022 meningkat menjadi 133,67 dari 119,58 pada bulan sebelumnya. Adapun IKK terbentuk dari keyakinan konsumen terhadap Kondisi Ekonomi saat ini dan Ekspektasi Konsumen ke depan.

TPID se-Kaltim Terus Optimalisasi Program Pengendalian Inflasi

Lebih lanjut, kata dia, hal ini mengindikasikan peningkatan daya beli masyarakat. Sehingga, terdapat peningkatan konsumsi masyarakat yang tercermin dari inflasi kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran sebesar 1,77% (mtm).

“Sementara pada kelompok transportasi, adanya penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan penyebab utama inflasi kelompok transportasi. Komoditas utama yang mendorong inflasi transportasi adalah bensin dan angkutan antar kota. Namun demikian, capaian inflasi transportasi yang sebesar 0,63% (mtm) tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya,” jelasnya.

Ia menjelaskan, tekanan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh terkendalinya harga komoditas pangan. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,45% (mtm). Penurunan harga utamanya terjadi pada komoditas bawang merah, cabai merah, telur ayam ras, minyak goreng dan cabai rawit.

“Deflasi pada kelompok pangan tersebut didorong masif dan intenfisnya program pengendalian inflasi pangan. Yang dilaksanakan oleh seluruh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota,” ujarnya.

Berkenaan dengan hal ini, TPID se-Kalimantan Timur terus berupaya melakukan optimalisasi program pengendalian inflasi. Untuk mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Selain itu, TPID tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota juga telah melakukan Gelar Pangan Murah. Sebagai tindak lanjut dari Kerjasama Antar Daerah (KAD), telah dilakukan berbagai tindak lanjut realisasi antara Kalimantan Timur dengan Nusa Tenggara Timur (NTT). Serta, tindak lanjut KAD Kota Samarinda dengan Jakarta dan Pinrang.

“Ke depan, akan dioptimalkan alokasi Dana Insentif Daerah dan Dana Tranfer Umum untuk program pengendalian inflasi di daerah sebagaimana arahan Presiden RI,” pungkasnya. (*)

Penulis/Editor: Devi Nila Sari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button