Kesehatan

Beginilah Cara Tepat Mengelola Marah yang Baik

Loading

marah
ilustrasi marah. (stockio.com)

 Akurasi.id, Bontang – Marah merupakan sebuah emosi yang tidak dapat dihindari. Menurut Wikipedia, marah ialah suatu emosi yang secara fisik mengakibatkan antara lain peningkatan denyut jantung, tekanan darah, serta tingkat adrenalin dan noradrenalin. Namun, rasa amarah ini tentunya dapat dikendalikan dan dikelola dengan baik.

baca juga: 5 Makanan Penambah Kualitas Sperma

Sarwendah Indrarani, Psikolog Klinik Fajar Farma asal Balikpapan ini membagikan tips dalam mengelola marah dengan benar dalam sebuah diskusi grup WhatsApp. Dia menyatakan pengelolaan emosi ini penting dalam kehidupan sehari-hari.

Perempuan yang akrab disapa Awen ini menjelaskan ada banyak hal pemicu amarah. Misalnya seorang wartawan saat dikejar deadline menulis 5 berita per hari dan editor yang harus mengedit tulisan 15 kali sehari. Namun kesalahan dalam tulisan meski berkali-kali diajarkan kerap memicu emosi untuk marah.

Jasa SMK3 dan ISO

“Jadi sering marah-marah, bisa darah tinggi. Namun, kalau ditahan kesehatan akan terganggu,” ungkap perempuan yang juga mengadvokasi air susu ibu (ASI) di Balikpapan ini.

Ketika emosi marah itu muncul, kata Awen, seseorang kerap lupa diri. Bahkan tanpa disadari hal itu bisa menyakiti perasaan orang di sekitar. Awen menerangkan beberapa cara mengelola emosi ketika marah.

Di antaranya mencari tahu penyebabnya. Penyebab marah misalnya berada dalam keadaan yang tidak mengenakkan atau perlakuan orang lain yang kurang menyenangkan. Selain itu, saat setres memicu emosi menjadi marah. Terkadang, ucap Awen, marah juga bisa menjadi ancaman bagi diri sendiri bahkan orang lain.

“Karena marah merupakan gambar sisi lain dari diri kita,” katanya.

Nah, agar kemarahan tidak berdampak negatif dan menghindari perbuatan agresif, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Hal yang dapat dilakukan saat sedang marah:

Cobalah mengatur volume suara dan pernapasan.

Bicaralah perlahan dengan volume suara yang sedang, bahkan berbisik jika diperlukan. Hindari membentak atau berteriak. Tarik nafas dalam dan hitung pelan-pelan sampai 10 atau 20 dengan tujuan memberikan waktu bagi diri untuk merefleksikan keadaan, apakah situasi layak atau tidak dalam mengekspresikan kemarahan.

Jangan langsung mengekspresikan kemarahan

Jangan mengekspresikan kemarahan baik secara lisan maupun tulisan. Jika sudah tenang, barulah fokus pada permasalahan, kemukakan hal yang menjadi harapan dan keinginan kita.

Tinggalkan saja

Jika belum bisa tenang, tinggalkan saja dulu tempat atau orang yang membuat kita marah. Berdiam diri atau “time-out”, berdoa, minum air putih, atau sekedar jalan-jalan dapat membantu menetralkan perasaan. Kita juga dapat menetralkan perasaan dengan mengatakan bahwa orang tersebut sedang memiliki masalah, lelah, capek dan sejenisnya. (*)

Penulis: Ninsi Sri Rahayu
Editor: Suci Surya Dewi


Artikel Terkait

Back to top button