Atur Masa Kehamilan, Banyak Warga Bontang Pilih Gunakan MKJP IUD


Akurasi.id, Bontang – Dari jumlah 27.078 pasangan usia subur (PUS) di Bontang, ada 18.635 peserta aktif pengguna alat kontrasepsi keluarga berencana (KB). Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) berupa intra uterine device (IUD) paling banyak digunakan, yakni 3.583 orang.
baca juga: Demi Masjid Ramah Anak, 10 Takmir Bontang Studi ke Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta
Berdasarkan data laporan bulanan pengendalian lapangan tingkat kabupaten dan kota oleh Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) Bontang 2019 lalu, pengguna MKJP jenis IUD tertinggi dibanding Medis Operasi Wanita (MOW) atau tubektomi, Medis Operasi Pria (MOP) atau vasektomi, dan implan (susuk).
Masih berdasarkan data DPPKB Bontang, pada 2019 lalu, tercatat ada 1.176 pengguna MOW, 156 pengguna MOP, dan 1.134 pengguna implan. Sedangkan untuk IUD merupakan kontrasepsi non hormonal yang dipasang dalam rahim. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) ini bisa digunakan dalam jangka waktu 5 tahun.
Kepala DPPKB Bontang Bahtiar Mabe mengatakan segelintir masyarakat ada yang masih belum memahami IUD. Pasalnya informasi yang beredar dikhalayak IUD merupakan alat kontrasepsi yang memiliki dampak negatif.
“Tapi jika sudah dijelaskan dan digunakan, mereka tidak merasa takut lagi pakai IUD,” terangnya kepada Akurasi.id, belum lama ini.
Bahtiar mengatakan petugas di lapangan biasanya mengarahkan masyarakat untuk menggunakan MKJP seperti IUD, implan, vasektomi, dan tubektomi. Sebab penggunaan alat kontrasepsi ini tidak merepotkan penggunanya dibandingkan metode kontrasepsi jangka pendek (non-MKJP). Seperti kondom yang harus dipakai sebelum melakukan hubungan, suntik yang rutin dilakukan sebulan atau tiga bulan sekali, dan pil KB yang harus diminum setiap hari.
“IUD itu jangka panjang, sekali aja pemasangannya bisa sampai 5 tahun. Tidak repot seperti KB suntik setiap bulan, pertiga bulan atau minum pil. Kalau lupa, bisa langsung jadi,” bebernya.
Dibandingkan MKJP, alat kontrasepsi non-MKJP juga banyak digunakan pasangan di Bontang. Paling banyak metode suntik sebanyak 7.468, pengguna pil 3.848, dan kondom 1.270.
Kendati demikian, Bahtiar mengajak masyarakat Bontang untuk menjadi bagian dari program keluarga berencana (KB). Lantaran dengan mengatur jarak kehamilan dan memprogram kehamiln, maka akan menurunkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan.
“Dengan ikut dalam program KB, dapat menurunkan risiko kanker pada perempuan, tidak mengganggu tumbuh kembang anak, dan menjaga kesehatan mental perempuan atau seorang ibu,” imbuhnya. (*)
Penulis/Editor: Suci Surya Dewi