Penjemputan Paksa 3 Aktivis di Samarinda dengan Dalih Covid-19 Menuai Sederet Kejanggalan


Akurasi.id, Samarinda – Wahana Lingkungan Hidup Indeonesia (Walhi) Kaltim menggelar konferensi pers membahas terkait kejanggalan-kejanggalan atas ditetapkannya ketiga aktivis di Samarinda dengan positif Covid-19 atau virus corona pada 1 Agustus 2020 lalu.
Ketiga aktivis dimaksud yaitu Yohana Tiko (Dirketur Eksekutif Walhi Kaltim) dan Bernard Marbun, serta Fathul Huda dari Advokad Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Samarinda. Melalui virtual video conpers, Jumat (21/8/2020), Yohana Tiko Direktur Eksekutif Walhi Kaltim menyebutkan bahwa banyak kejanggalan yang dirasakannya.
Disebutkan secara terperinci, yaitu pertama pada waktu melakukan tes Swab tidak dengan menggunakan alat pelindung diri (APD). Kedua, tidak adanya penjelasan mengapa dilakukannya tes swab. Ketiga tidak adanya surat tugas, dan keempat hasilnya pun cepat sekali keluar.
“Tidak sampai 24 jam, itu menyebutkan bahwa kami ini orang yang dipreoritaskan setara dengan mungkin wakil gubernur Kaltim (Hadi Mulyadi),” ucapnya saat melakukan video konferensi pers.
Dilanjutkannya, kejanggalan kelima, ketika mengumumkan ada tiga orang di Walhi Kaltim positif Covid-19, Tim Gugus Tugas yang menjemput 3 aktivis tersebut tidak membawa hasil tes swabnya.
“Kemudian, sampai saat dibawa ke rumah sakit pun kami tidak dilihatkan hasil swabnya,” ucap dia.
Selain itu, pada saat melakukan tes swab secara mandiri, ketiga aktivis tersebut mendapati mereka hasilnya negatif. “Itu lah mengapa kami sebut banyak kejanggalan-kejanggalan,” ujarnya.
Selanjutnya, Bernard Marbun salah satu aktivis yang disebut positif Covid-19 menyambung menyampaikan tentang kejanggalan selanjutnya. Pada saat pengambilan sample tes swab, mengapa yang diambil sampelnya hanya ada di dua kantor yaitu Kantor Walhi Kaltim dan Kantor LBH Samarinda.
“Kenapa rumah yang ada di kiri kantor, kanan kantor dan depan kantor tidak di tes swab, mengapa hanya di dua kantor,” ujarnya.
Dari awal melakukan proses pengambilan sampel sampai memberitahukan hasil, ketika dimintai idestitasnya mereka yang mengaku sebagai Tim Gugus Tugas Covid-19 tidak menyampaikan identitas-identitsnya.
“Ada apa? Ini kan seharusnya terbuka, siapa yang melakukan sampel dari mana, surat tugasnya mana, kalau itu benaran resmi,” tanya dia. (*)
Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Dirhanuddin