HeadlineKabar Politik

Purbaya Yudhi Sadewa Guyur Rp200 Triliun untuk Dongkrak Likuiditas, Saham Bank Melonjak

Dampak Rencana Suntikan Likuiditas terhadap Pasar Saham Perbankan

Loading

Akurasi.id – Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan RI, mengumumkan rencana penyuntikan likuiditas sebesar Rp200 triliun ke sistem perekonomian melalui sektor perbankan. Langkah ini bertujuan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional yang tengah melambat akibat lemahnya penyaluran kredit dan investasi.

Dana tersebut berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembayaran Anggaran (SiLPA) yang saat ini mengendap di rekening pemerintah pada Bank Indonesia (BI) dengan total mencapai Rp425 triliun. Purbaya menyebut langkah ini telah mendapat restu langsung dari Prabowo Subianto selaku Presiden RI.

“Saya sudah lapor ke Presiden, saya akan taruh uang ke sistem perekonomian. Saat ini kami punya Rp425 triliun di BI, besok saya taruh Rp200 triliun,” ujar Purbaya dalam rapat kerja bersama DPR RI, Rabu (10/9/2025).


Dampak Langsung di Pasar Saham

Pernyataan Purbaya langsung direspons positif oleh pasar modal. Saham-saham bank pelat merah kompak menguat pada perdagangan Kamis (11/9) pagi:

Jasa SMK3 dan ISO
  • Bank Negara Indonesia (BBNI) naik 6,34% ke Rp4.360

  • Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik 5,41% ke Rp4.090

  • Bank Tabungan Negara (BBTN) naik 6,27% ke Rp1.355

  • Bank Mandiri (BMRI) naik 2,27% ke Rp4.500

  • Bank Syariah Indonesia (BRIS) naik 4,40% ke Rp2.610

  • Bank Central Asia (BBCA) ikut menguat 1,28% ke Rp7.900

Pengamat pasar keuangan Ibrahim Assuaibi menilai lonjakan harga saham ini merupakan euforia investor terhadap sinyal kebijakan Purbaya yang dianggap pro-pasar dan pro-pertumbuhan.


Pandangan Ekonom: Potensi dan Risiko

Meski menjanjikan, sejumlah ekonom mengingatkan bahwa langkah ini bagaikan “pisau bermata dua”.

  • David Sumual, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), menilai tantangan utama saat ini bukan di sisi pasokan dana, melainkan lemahnya permintaan kredit. Ia khawatir dana likuiditas justru kembali diparkir ke instrumen aman seperti Surat Berharga Negara (SBN) atau Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

  • Josua Pardede, Chief Economist Bank Permata, menyebut tambahan Rp200 triliun bisa mendorong pertumbuhan uang primer hingga belasan persen dan mengerek pertumbuhan M2 ke 9% dari sebelumnya 6,5%. Namun, hasil akhirnya tetap tergantung pada permintaan uang dan realisasi belanja pemerintah.

  • Radhika Rao dari DBS Bank menambahkan, indikator likuiditas saat ini sebenarnya sudah memadai. Ia menekankan dorongan pertumbuhan kredit hanya akan efektif jika diiringi peningkatan permintaan dari rumah tangga dan korporasi.


Perlambatan Kredit Jadi Tantangan

Data per Juli 2025 menunjukkan pertumbuhan kredit perbankan melambat menjadi 6,7% secara tahunan, jauh di bawah rata-rata 11% pada tahun 2024. Perlambatan ini terjadi di hampir seluruh segmen, baik industri maupun konsumsi.

Para ekonom menilai lambatnya belanja pemerintah ikut memperparah kondisi likuiditas dan menghambat roda perekonomian. Purbaya sendiri mengakui, percepatan realisasi belanja kementerian/lembaga akan menjadi kunci agar injeksi dana ini efektif menggairahkan perekonomian.(*)

Penulis: Nicky
Editor: Willy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button