PeristiwaTrending

Puluhan Siswa di Rajapolah Diduga Keracunan Makanan Bergizi Gratis, Dinkes Ambil Sampel untuk Uji Lab

Gejala Seragam Dialami Siswa, Sayur Diduga Menjadi Penyebab Utama

Loading

Tasikmalaya, Akurasi.id — Sebanyak 25 siswa SD dan SMP di Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, diduga mengalami keracunan setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan sekolah pada Rabu (30/4/2025). Para korban mulai mengeluhkan gejala seperti mual, muntah, diare, hingga pusing pada Rabu malam hingga Kamis pagi (1/5/2025).

Menurut Kepala Puskesmas Rajapolah, Hani Hariri, total pasien yang datang berobat hingga Jumat (2/5) mencapai 24 orang, termasuk satu guru. Delapan orang di antaranya harus menjalani rawat inap, sementara satu pasien dirujuk ke rumah sakit atas permintaan keluarganya. “Pasien mengeluh gejala seperti mual, muntah, pusing, perut melilit dan buang air besar terus-menerus. Sebagian sudah membaik,” ujar Hani.

Salah satu korban, Riska Damayanti (13), mengaku mulai merasakan sakit sejak siang setelah makan MBG yang terdiri dari nasi, daging ayam, tahu goreng, sayur labu, dan jagung. “Sayurnya rasanya enggak enak, setelah makan saya langsung sakit perut,” ungkap Riska saat dirawat di puskesmas.

Rosita, orang tua dari dua siswa yang belajar di SMP setempat, menyampaikan bahwa salah satu anaknya mengalami diare hebat sejak Rabu malam. “Ke puskesmas karena terus BAB, kata dokter dehidrasi,” jelasnya. Menariknya, anak Rosita yang lain tidak mengalami gejala karena tidak menghabiskan makanannya, terutama bagian sayur yang terasa tidak sedap.

Jasa SMK3 dan ISO

Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya melalui Kepala Dinkes, Heru Suharto, telah mengambil langkah cepat dengan mengumpulkan sampel makanan untuk dilakukan uji laboratorium. “Sampel sudah diambil untuk uji lab, agar diketahui penyebab pasti keracunan. Hasilnya akan segera kami umumkan,” kata Heru.

Ia juga memastikan bahwa seluruh korban sudah mendapatkan penanganan medis dari tim Puskesmas Rajapolah. Sejauh ini, tidak ditemukan kasus yang memburuk, dan mayoritas korban mulai menunjukkan tanda pemulihan. “Mudah-mudahan tidak berkelanjutan dan tidak bertambah,” imbuhnya.

Sebagian korban lainnya memilih penanganan tradisional di rumah masing-masing dengan menggunakan ramuan herbal dan air kelapa hijau. Hal ini dilakukan oleh keluarga korban untuk mengatasi gejala ringan seperti lemas dan buang air besar.

Kejadian ini menjadi perhatian serius mengingat program makan bergizi gratis merupakan bagian dari kebijakan pemerintah untuk meningkatkan gizi siswa. Pihak sekolah dan instansi terkait diharapkan meningkatkan pengawasan dalam proses penyajian makanan agar kejadian serupa tidak terulang.(*)

Penulis: Nicky
Editor: Willy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button