Corak

Pandemi Covid-19 Bikin Pedagang Bendera di Kutim Menjerit, Omset Terjun Bebas hingga 50 Persen

Loading

Pandemi Covid-19 Bikin Pedagang Bendera di Kutim Menjerit, Omset Terjun Bebas hingga 50 Persen
Cang seorang pedagang bendera di Jalan Margo Santoso, Sangatta Utara, Kutim. (Ella/Akurasi.id)

Akurasi.id, Sangatta – Masa pandemi Covid-19 ini benar-benar memberikan banyak dampak bagi kehidupan masyarakat. Tidak hanya terbatasnya aktivitas masyarakat, tetapi juga berpengaruh pada ekonomi. Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-75 tahun ini saja misalnya, banyak di antara pedagang bendera merah putih yang dibuat menjerit.

Baca juga: Pelaku Tabrakan Beruntun di Sangatta Mantan Residivis, Terancam Dijerat 2 Perkara Berbeda

Jika pada tahun lalu, momentum perayaan Hari Kemerdekaan menjadi sumber rezeki yang cukup menjanjikan bagi pedagang, maka di masa pandemi ini mereka harus dibuat berpikir ekstra keras bagaimana menjual bendera merah putih yang jadi jualan mereka agar bisa laku.

Bagaimana tidak, di masa pandemi Covid-19 ini, hampir seluruh pedagang bendera merah putih senada mengeluhkan sulitnya menjual dagangan mereka. Bahkan, akibat dari pandemi Covid-19 ini, omset jualan mereka terjun bebas hingga 50 persen.

Jasa SMK3 dan ISO

Satu di antara pedagang yang mengeluhkan itu adalah warga Sangatta Selatan bernama Cang (39). Pria yang berjualan bendera merah putih dan umbul-umbul di Jalan Margo Santoso itu mengaku jika penjualan dalam tahun ini sangat kurang.

“Beda dari tahun lalu, omset tahun ini merosot 50 persen, jika tahun lalu mampu saya dapatkan keuntungan Rp6 juta, maka tahun ini hanya bagi duanya saja,” ujarnya saat disambangi Akurasi.id, Kamis (12/8/2020) lalu.

Cang sudah berjualan sejak tanggal 26 Juli 2020 lalu. Dalam kurun waktu itu hingga dengan menjelang perayaan Hari Kemerdekaan, omset yang ia dapatkan baru Rp 3,5 juta. “Sejak tanggal 26 Juli lalu saya jualan di sini, sehari paling hanya ada satu pembeli saja, hari ini saja sudah menjelang sore baru satu yang datang membeli bendera,” keluhnya.

Ia menganggap pandemi Covid-19 membatalkan semua acara khas 17 Agustus sehingga berdampak ke penjualan bendera. “Omsetnya berkurang ya karena tidak ada kesibukan hiburan, panggung hiburan dan lainnya akhirnya mengurangi penjualan bendera,” kata Cang.

Jika di hari biasa ia hanya berprofesi sebagai pedagang aksesoris keliling, tahun ini merupakan tahun kedua Cang menjadi pedagang bendera. “Kalau bulan biasanya saya jualan aksesoris keliling, namun setiap menjelang Agustus saya coba berjualan bendera,” katanya.

Barang-barang itu pun ia pesan dari luar Kalimantan yakni daerah Bandung, Jawa Barat. “Bendera dan lainnya saya pesan dari kampung halaman saya langsung dan di kirim ke sini, harganya pun beragam dan masih bisa nego,” tutupnya. (*)

Penulis: Ella Ramlah
Editor: Dirhanuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button