PeristiwaTrending

Menu Makan Bergizi Gratis di Tangsel Viral, Berisi Beras Mentah untuk Siswa: Ini Penjelasan dan Kritik DPR

Bahan Mentah Dibagikan Saat Sekolah Libur, Ini Penjelasan Pihak SPPG Yasmit

Loading

Akurasi.idProgram Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diterapkan di sejumlah sekolah di wilayah Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, dalam pendistribusiannya, siswa justru menerima bahan makanan mentah, termasuk beras dalam plastik, alih-alih makanan siap saji seperti yang diharapkan.

Unggahan viral di media sosial, salah satunya di akun @TrinityTraveler, memperlihatkan isi paket MBG yang terdiri dari buah-buahan, ikan asin, telur puyuh, kacang tanah, dan beras mentah. Unggahan itu mengkritik isi paket yang tidak siap konsumsi, padahal program MBG seharusnya menyediakan makanan bergizi langsung untuk dimakan.

Program MBG di Tangsel didistribusikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Mualaf Indonesia Timur (Yasmit), yang mencakup 18 sekolah dengan total 4.075 siswa di wilayah Ciputat Timur. Jenjang penerima program mulai dari PAUD hingga SMA/SMK/MA.

Menanggapi viralnya kabar tersebut, Kepala SPPG Yasmit Ciputat Timur, A. Basiro, memberikan klarifikasi. Menurutnya, pemberian bahan mentah dilakukan karena situasi sekolah yang sedang libur atau mengadakan ujian/class meeting, sehingga siswa dapat membawa pulang dan menyimpan bahan makanan lebih lama.

Jasa SMK3 dan ISO

Namun, langkah tersebut memicu kritik tajam, salah satunya dari Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi. Politikus dari Partai Nasdem itu menilai bahwa pembagian bahan mentah mengubah esensi program MBG yang seharusnya menyediakan makanan siap konsumsi untuk mendukung perbaikan gizi anak-anak sekolah.

“MBG tidak bisa disamakan dengan program bagi-bagi sembako karena tujuannya berbeda. Ini bukan lagi program intervensi gizi, tapi pengalihan tanggung jawab,” ujar Nurhadi, Kamis (19/6/2025).

Nurhadi juga menyebutkan bahwa masyarakat justru bisa terbebani karena harus mengolah sendiri bahan makanan tersebut, baik dari segi biaya maupun ketersediaan alat masak. Ia menegaskan, Badan Gizi Nasional (BGN) harus memastikan pelaksanaan MBG tepat sasaran, efisien, dan sesuai kebutuhan masyarakat.

“Kalau seperti ini, patut dipertanyakan apakah program MBG benar-benar berpihak pada masyarakat atau hanya sekadar menggugurkan kewajiban,” pungkasnya.

Program MBG yang semestinya menjadi solusi peningkatan gizi anak kini justru memicu polemik. Ke depan, pelaksana program diharapkan lebih cermat dalam menyesuaikan metode distribusi agar tetap menjamin manfaat yang maksimal bagi penerima.(*)

Penulis: Nicky
Editor: Willy

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button