

Mengenali bahaya penyakit epilepsi dan larangan bagi pengidapnya, mulai renang hingga berkendaraan. Mengingat penyakit epilepsi sendiri terjadi karena adanya aktivitas sel saraf di otak yang terganggu yang menyebabkan kejang.
Akurasi.id, Bontang – Oleh sebagian besar orang, istilah epilepsi mungkin sudah cukup sering terdengar. Di mana, epilepsi diketahui sebagai penyakit akibat adanya gangguan pada aktivitas sel saraf otak yang mengakibatkan seseorang mengalami kejang-kejang.
Lalu sebarapa berbahaya penyakit epilepsi itu sendiri? Bercermin dari kasus temuan mayat seorang wanita yang mengapung di perairan Selambai, Kelurahan Loktuan, Kota Bontang belum lama ini, santer disebut meninggal setelah penyakit epilepsi yang diidapnya mendadak kambuh.
Untuk mengenali bahaya penyakit epilepsi dan apa saja larangan yang tidak boleh dilakukan oleh pengidapnya, wartawan Akurasi.id kemudian mencoba membedahnya dengan berkonsultasi langsung dengan dr Atika Ridwan selaku Dokter Spesialis Saraf RSUD Taman Husada Bontang.
dr Atika berujar, pada dasarnya penyakit epilepsi atau yang lebih dikenal penyakit ayan tidak begitu berbahaya. Hanya saja, yang patut diwaspadai ekstra adalah lokasi atau di mana pengidap apilepsi itu berada. Karena, serangan epilepsi tidak diketahui kapan dan di mana akan terjadi.
Hal itu wajar sulit dikenali dan diketahui, lantaran epilepsi merupakan serangan kejang karena ada letupan-letupan listrik di otak. Bentuk kejang-kejangnya bermacam-macam, dari sekadar kejang-kejang hingga mengeluarkan liur. Gejala lainnya yakni mata pasien naik ke atas dan kaki menjadi kaku yang merupakan gejala umum.
“Ada juga kejang-kejang sederhana, cuma tangannya saja yang gerak, atau menggulang-ulang gerakan seperti mengetuk tangan, dan mata berkedip-kedip. Simpelnya, epilepsi merupakan serangan yang berulang dengan tipe yang sama,” jelas dr Atika saat ditemui media ini di ruangan kerjanya, Senin (25/1/2021).
Bawaan Genetik hingga Faktor Kecelakaan
Bicara soal penyebab epilepsi, dr Atika mengakui, faktornya terbilang cukup beragam. Namun secara umum, dia mengakui, ada dua penyebab yang biasa ditemukan dari pengidap epilepsi. Penyebab terbanyak genetik atau bawaan lahir dan kedua kelainan dalam otak bisa akibat kecelakaan, stroke maupun infeksi.
“Kalau pola hidup yang buruk, tidak menjadi faktor utama. Tetapi bisa menjadi faktor pencetus munculnya serangan kejang seperti kurang tidur, pola makan tidak sehat, maupun stress,” paparnya.
Menurut wanita 38 tahun ini, bicara soal kesembuhan dari epilepsi sendiri, sangat tergantung respons dari setiap pasien atas proses pengobatan yang dilakukan. Semakin mudah usia pasien dan cepat mendapatkan perawatan serta pengobatan, maka itu bisa membantu proses penyembuhan.
Sebaliknya, jika seorang pengidap epilepsi telah berusia 18 tahun ke atas, maka untuk mengobatinya diakui terbilang susah-susah gampang. Namun demikian, pengobatan yang baik dan teratur akan sangat membantu pengidap epilepsi mengendalikan penyakit yang diidapnya.
“Lewat obat-obatan, biasanya kami cuma bisa menjarangkan serangan, jadi kalau misalnya dalam 1 tahun paling sedikit 5 kali, itu bisa kami jarangkan dari 1 hingga 2 kali,” sebutnya.
Tidak Dianjurkan Berenang dan Berkendaraan Sendiri
Kepada pengidap penyakit ayan atau pitam, dr Atika mengingatkan, agar mereka yang memiliki penyakit itu tidak mencoba-coba berenang sendirian, baik di kolam renang, terlebih-lebih di laut. Begitu juga dalam berkendaraan, sebaiknya pengidap epilepsi selalu ditemani oleh orang lain.
Dia menuturkan, yang sangat berbahaya dari epilepsi adalah serangan penyakit ini tidak diketahui kapan dan di mana akan terjadi. Walaupun kadang ada beberapa pasien yang mendapat gejala sebelum serangan. Namun tetap saja, pengidap epilepsi tidak dianjurkan untuk sendirian.
“Yang paling berbahaya itu yang tidak diketahui serangannya kapan. Tidak ada gejala sebelumnya. Saya biasanya selalu memberitahukan pasien, yang berbahaya dari epilepsi adalah pada saat kerja di ketinggian,” jelasnya.
Karenanya, dr Atika sangat tidak menganjurkan bagi seorang yang punya penyakit epilepsi bekerja di tempat yang tinggi. Termasuk untuk tidak berenang sendirian. Jika serangannya di air, maka pengidap bisa saja tenggelam.
Selain itu, pengidap epilepsi juga diimbau agar tidak dekat dengan api. Contohnya, ada beberapa kasus pada saat memasak, pengidap hendak menuangkan air panas, lalu tiba-tiba terjadi serangan, akibatnya air panas tersiram ke badan dan mengakibatkan luka bakar.
“Terakhir, jangan membawa kendaraan, karena jika terjadi serangan atau kejang, itu yang membuat tidak bisa mengendalikan kendaraan baik sepeda motor ataupun mobil, hal itu dapat mengakibatkan kecelakaan,” sarannya. (*)
Penulis: Rezki Jaya
Editor: Dirhanuddin