
Akurasi.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem akan melanda Jabodetabek selama sepekan ke depan. Menanggapi hal ini, Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Fraksi Gerindra, Ali Lubis, mengingatkan Pemprov DKI Jakarta untuk memastikan seluruh pompa air dalam kondisi siap pakai demi mencegah banjir.
“Yang pertama yang harus dipastikan oleh pihak pemprov beserta dinas terkait adalah kesiapsiagaan pompa-pompa jangan sampai ada yang rusak. Kalau pun ada yang rusak harus segera diperbaiki,” ujar Ali, Kamis (10/7/2025).
Ali juga meminta agar pompa mobile disiapkan untuk menjangkau titik banjir yang sulit diakses. Selain itu, ia menekankan pentingnya lokasi pengungsian yang layak, toilet portable, hingga ketersediaan bahan makanan untuk warga jika banjir besar terjadi.
“Memastikan kesiap-siagaan petugas di lapangan agar standby untuk memperbaiki gorong-gorong atau area yang berpotensi menyebabkan banjir,” imbuhnya.
BMKG sebelumnya memperkirakan hujan dengan intensitas tinggi akan terjadi di Jabodetabek, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku bagian tengah, serta Papua bagian tengah dan utara. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, tren cuaca ekstrem ini dipicu oleh atmosfer tidak lazim yang menunda musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.
“Padahal secara klimatologis, pada waktu yang sama, biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun hingga akhir Juni 2025 baru sekitar 30 persen,” jelas Dwikorita.
Fenomena ini dipengaruhi oleh melemahnya Monsun Australia yang menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat, sehingga memicu anomali curah hujan hingga Oktober mendatang.
Senada dengan BMKG, pakar klimatologi BRIN, Erma Yulihastin, menyebut cuaca ekstrem ini belum akan usai pekan ini dan berpotensi semakin parah pada Agustus mendatang. Menurutnya, pola Mesoscale Convective Complex (MCC) akan menimbulkan hujan deras lebih dari dua jam.
“Saya sudah 2-3 hari lalu menyampaikan waspada banjir Jabodetabek. Kalau pola MCC seperti ini memang benar-benar akan menimbulkan hujan ekstrem, dan situasinya tinggi dan persisten,” kata Erma.
Erma memperkirakan intensitas hujan di Agustus mendatang bisa dua kali lipat dari saat ini, terutama pada dasarian ketiga atau tanggal 21 hingga akhir Agustus. Ia pun meminta pemerintah daerah segera memitigasi risiko banjir yang bisa menimbulkan kerugian Rp2-10 triliun apabila terjadi selama satu pekan penuh.
BMKG menambahkan, kondisi iklim global saat ini menunjukkan ENSO dan IOD berada di fase netral dan akan bertahan hingga akhir tahun. Meski demikian, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi hujan lebat dalam periode kemarau basah ini, khususnya di wilayah Jabodetabek.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy