Suburnya Iklim Investasi Jadi Magnet Pemikat Neni Moerniaeni Dalam Debat Publik Pilkada Bontang 2020


Suburnya iklim investasi jadi magnet pemikat Neni Moerniaeni dalam debat publik Pilkada Bontang 2020. Iklim investasi yang baik itu dinilai telah menjadi pendongkrak ekonomi Bontang walau sempat dihadang badai defisit pada 2015-2016 lalu.
Akurasi.id, Bontang – Calon Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni dinilai unggul dalam debat terbuka yang diselenggarakan KPU Bontang pada Sabtu malam (7/11/2020). Hal itu tak lepas dari kerja kerasnya membangun Bontang semasa kepemimpinannya. Hampir semua sektor yang menjadi pertanyaan moderator dan lawannya Basri Rase dijawab Neni dengan lugas diserta sumber data yang kuat.
Salah satunya terkait kelanjutan perekonomian Bontang pasca migas berakhir, wali kota Bontang yang menjabat di periode 2015-2020 itu, tahu betul bahwasanya industri migas tak dapat selamanya diandalkan. Sebab itu saat menjabarkan visi-misinya Neni menyampaikan kedepannya Kota Bontang akan berkembang menjadi kota berbasis kemaritiman dengan melakukan pengembangan industri hilir.
“Kita tahu Kota Bontang merupakan daerah yang 70 persennya merupakan laut, visi misinya saya, akan berencana menjadikan Kota Bontang berkonsep smart city berbasis kemaritiman,” jelas Neni Moerniaeni saat menyampaikan debat publik pada Sabtu (7/11/2020).
Selain itu, lanjut Neni, saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Pelindo untuk membahas pembangunan Pelabuhan Peti Kemas yang rencananya akan di bangun di daerah Lok Tuan.
“Kita (pemerintah) telah bekerja sama dengan pihak Pelindo. Dalam pembangunan Peti Kemas, Insyaallah akan melanjutkan apa yang telah jadi konsep kita. Dengan memakai lahan 3,6 hektare ke arah laut, dengan itu saya akan menjadikan Bontang menjadi poros kemaritiman Indonesia,” ucapnya.
Selain membangun Pelabuhan Peti Kemas, visi-misi lainnya yang disampaikan Neni berencana akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bontang dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Di mana salah satunya adalah pengembangan industri hilir.
Sebagai pembuat kebijakan peraturan daerah (perda) saat ini Pemerintah Bontang telah berupaya membangkitkan industri-industri di luar sektor migas. Hal itu tidak lepas dari koordinasi dan link berbagai kementerian saat Neni menjabat sebagai anggota DPR RI di Komisi VII. Sehingga dengan muda Neni melakukan koordinasi dan “meminta” pembangunan untuk Kota Bontang dari berbagai kementerian.
“Semasa awal saya memimpin, kita tahu Kota Bontang ditimpah sunami ekonomi yang cukup parah, namun dengan tekat saya membangun Kota Bontang, terbukti pada tahun 2019 lalu, pertumbuhan ekonomi kita di sektor non migas mengalami peningkatkan,” ungkapnya.
Dari isi visi-misinya Basri hanya menyampaikan, akan membangun Bontang dengan pemberian fasilitas gratis seperti, sekolah gratis, internet gratis dan BPJS gratis. “Saya akan jamin pendidikan gratis, internet gratis, dan kesehatan gratis,” jelas Basri saat menyampaikan visi-misinya.
Selain itu, unggulnya Neni Moerniaeni terlihat juga saat segmen tanya jawab antara para kandidat, Basri mengklaim sulitnya investor luar untuk masuk ke Kota Taman -sebutan Bontang.
“Investasi di Bontang masih kurang baik dan sulit. Saya dapatkan informasi ini dari beberapa investor saat berada di Jakarta. Apa langkah Bunda (Neni) untuk mengatasi ini,” tanya Basri.
Pertanyaan itu pun langsung dijawab Neni. “Investasi di Bontang sampai sekarang masih berjalan normal,” kata istri dari mantan wali kota Bontang dua periode Sofyan Hasdam ini.
Sebagai bukti, lanjut Neni, produsen bahan peledak PT Dahana mau berinvestasi membangun pabrik bahan peledak di Bontang. Bukti lain, investor asal Jakarta sudah memastikan untuk membangun Bontang City Mall, di mana proses perizinnya hanya berlangsung selama 2 minggu.
“DPMPTSP sudah kerja luar biasa. Kalau ada yang bilang sulit berinvestasi di Bontang, itu buktinya Bontang City Mall dua minggu izinnya selesai,” katanya. Selain itu, berkat kerja keras PTSP, sebuah perusahaan CPO mau membangun pabrik di Bontang padahal perkebunanannya berada di Kutim. (*)
Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Dirhanuddin