EkonomiHeadlineRagam

Sri Mulyani Ungkap Harga CPO Anjlok: Volatilitas Harga Komoditas Sulit Diprediksi

Loading

Volatilitas harga komoditas yang sulit diprediksi akibat kondisi geopolitik turut berdampak akan harga CPO. Meskipun harga sejumlah komoditas terpantau tinggi, namun harga CPO terpantau anjlok.

Akurasi.id, JakartaMenteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, hingga saat ini kondisi perekonomian dunia, termsuk Indonesia, masih diwarnai oleh sejumlah dinamika. Hal ini terjadi karena konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih terus berkembang dan selalu tidak mudah untuk diprediksi.

Kondisi ini membuat volatilitas harga komoditas memiliki dinamika yang sangat sulit diprediksi. Meskipun harga sejumlah komoditas terpantau masih tinggi, namun komoditas lainnya mengalami penurunan harga.

Beberapa yang menunjukkan kecenderungan penurunan, seperti harga gas alam. Termasuk, komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), yang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia.

Jasa SMK3 dan ISO

“Harga CPO kita yang menurun dari puncaknya di US$1.700 per ton, sekarang sekitar US$800 atau mendekati US$900 per ton,” kata Sri Mulyani dalam telekonferensi di APBN KiTA, Selasa (20/12/2022).

Meski demikian, Menkeu mengakui, bahwa setidaknya kondisi itu sudah membaik dibandingkan harga CPO sebelumnya yang sempat turun pada level US$700 per ton.

Komoditas Pangan dan Energi Masih Mewarnai Perekonomian Indonesia dan Global

Adapun, harga gandum yang sempat melonjak pada awal terjadinya perang di Ukraina. Sekarang juga sudah menunjukkan penurunan pada level US$740 per bushel (gantang).

Di satu sisi, harga batu bara mengalami kenaikan dan tetap bertahan pada level yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena situasi geopolitik, dengan kombinasi musim dingin di negara-negara yang mengalami perang seperti di Ukraina dan dampaknya langsung ke Eropa.

Sri Mulyani menjelaskan, dengan berbagai kondisi tersebut harga energi menjadi sangat tidak mudah diprediksi. Di mana pada satu sisi harga minyak mengalami penurunan karena ekonomi negara maju melemah dan dipicu oleh adanya pemberlakuan batas harga pada minyak Rusia.

Di sisi lain, musim dingin yang terjadi di Eropa dengan pasokan energi yang terkendala. Sehingga, menyebabkan alternatif energi, seperti batu bara mengalami peningkatan.

“Komoditas ini, terutama yang berhubungan dengan pangan dan energi masih akan mewarnai perekonomian Indonesia dan global,” jelas Sri Mulyani. (*)

Penulis/Editor: Devi Nila Sari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button