
Akurasi.id – Ratusan siswa dari berbagai sekolah di Indonesia terancam kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025. Kejadian ini berawal dari ketidaksempurnaan pengisian dan finalisasi data Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) yang dilakukan pihak sekolah. Akibatnya, banyak siswa yang tidak dapat mengikuti proses pendaftaran SNBP meskipun sudah berjuang keras selama tiga tahun untuk memperoleh nilai terbaik.
Beberapa sekolah yang terkena dampak tersebut, antara lain SMK Negeri 2 Surakarta, SMAN 1 Mempawah, dan SMAN 7 Cirebon. Para siswa dari sekolah-sekolah ini menggelar aksi protes di lingkungan sekolah masing-masing. Mereka menuntut pihak sekolah bertanggung jawab atas kelalaian yang terjadi. Siswa merasa dirugikan karena gagal memanfaatkan kesempatan mengikuti SNBP, jalur penerimaan tanpa ujian berbasis prestasi yang lebih mengutamakan kemampuan akademis.
SMK Negeri 2 Surakarta: Masalah Pengisian PDSS dan Keterlambatan Finalisasi
Di SMK Negeri 2 Surakarta, masalah dimulai dengan kegagalan dalam pengisian PDSS akibat kendala teknis dan kurangnya persiapan dalam menyiapkan data siswa yang memenuhi syarat. Sekolah tersebut sebenarnya mendapat kuota untuk mengirimkan 300 siswa ke SNBP, namun karena banyak siswa yang mengundurkan diri dan masalah lain, pengisian data baru bisa dilakukan pada detik-detik terakhir.
Joko Widodo, salah satu penginput PDSS dari SMKN 2 Surakarta, mengungkapkan bahwa kendala teknis seperti nomor induk siswa yang tidak terbaca di sistem serta pengisian untuk jurusan teknik mesin yang bermasalah, menyebabkan keterlambatan yang berujung pada kegagalan untuk menyelesaikan data tepat waktu. Meskipun pihak sekolah berupaya untuk mencari solusi alternatif seperti mendaftar melalui jalur Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), para siswa tetap merasa kecewa karena kesempatan untuk mengikuti SNBP hilang begitu saja.
Aksi Protes Siswa di SMAN 1 Mempawah
Di SMAN 1 Mempawah, Kalimantan Barat, sekitar 200 siswa dan orang tua turut serta dalam aksi demo yang menuntut agar pihak sekolah bertanggung jawab atas kegagalan mengisi PDSS. Salah satu siswa, Muhammad Hafiz, menyatakan kekecewaannya karena kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tanpa biaya kini sirna akibat kesalahan yang terjadi. Berbeda dengan jalur SNBP, jalur UTBK mengharuskan siswa mengikuti ujian tertulis yang memerlukan persiapan ekstra.
Jerome Polin Turun Tangan Membantu
Kabar tentang terancamnya nasib ratusan siswa ini turut sampai ke telinga Jerome Polin, seorang YouTuber yang terkenal dengan kehidupannya sebagai mahasiswa penerima beasiswa di Jepang. Jerome merasa prihatin atas kejadian tersebut dan menawarkan bantuan dengan memberikan kuota gratis untuk kelas intensif SNBT online bagi semua siswa kelas 3 di SMAN 1 Mempawah. Ia berharap dengan bantuan ini, siswa-siswa tersebut masih memiliki kesempatan untuk mempersiapkan diri mengikuti jalur UTBK.
Keterlambatan Pengisian PDSS: Dampaknya pada Ribuan Siswa
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah dan panitia SNPMB 2025 kini tengah melakukan evaluasi terhadap 373 sekolah yang gagal melakukan finalisasi pengisian PDSS. Kendala-kendala teknis, termasuk sistem yang error dan kesalahan input data, menjadi alasan utama. Meskipun beberapa sekolah berusaha untuk memperbaiki kesalahan tersebut, waktu yang terbatas membuat banyak siswa tidak dapat mendaftar tepat waktu.
Selain itu, pengisian PDSS yang dibuka pada 6 hingga 31 Januari 2025 menjadi fase penting dalam jalur SNBP. Sekolah yang tidak dapat menyelesaikan pengisian PDSS tepat waktu otomatis tidak dapat mengikutsertakan siswa mereka dalam seleksi.
Kegagalan pengisian PDSS ini menunjukkan adanya kelemahan dalam manajemen dan persiapan pihak sekolah. Meskipun upaya untuk menyediakan alternatif jalur UTBK dan bimbingan belajar gratis sudah dilakukan, rasa kecewa di kalangan siswa tetap terasa. Oleh karena itu, penting bagi pihak sekolah dan dinas pendidikan untuk memperbaiki sistem dan proses pendaftaran agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy