Puncak Covid-19 Kaltim Diperkirakan Mei ke Juni dengan Pasien Mencapai 500 Kasus


Akurasi.id, Samarinda – Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Tim Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 Kaltim memperkirakan puncak pandemik virus corona di Kaltim akan terjadi pada akhir Mei dan awal Juni 2020.
baca juga: BREAKING: Peserta Ijtima Ulama Positif Corona Kembali Bertambah 2 Orang dari 4 Kasus Hari Ini
Dalam mdeio itu, Dinkes Kaltim memprediksikan jumlah warga Kaltim yang terpapar atau positif Covid-19 angkanya bisa mencapai ratusan atau sekitar 500 kasus. Sehingga, kewaspadaan dan kesadaran dari masyarakat untuk tetap di rumah dan melakukan physical distancing sangat diharapkan.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kaltim, Andi Muhammad Ishak mengatakan, meski secara pasti pihaknya belum dapat memperkirakan ada berapa lonjakan pasien corona di Kaltim dalam beberapa bulan ke depan, namun kemungkinan jumlahnya masih akan terus bertambah.
“Untuk Kaltim, kami memang masih cukup sulit memastikannya. Karena hasil uji Swab dari BBLK Surabaya sendiri memang terbilang sangat lambat,” tutur dia dalam video konferensinya, Senin (20/4/20) petang tadi.
Kendati begitu, jika merujuk hasil rapid test atau test cepat yang dilakukan beberapa pekan lalu di sejumlah kabupaten/kota di Kaltim, tercatat ada sebanyak 79 orang menunjukkan reaktif corona.
“Berapa pasti besarannya, kami belum tahu lagi. Tapi kalau melihat gambaran dari hasil rapid test, bisa jadi ada tambahan 500 pasien corona di Kaltim, dengan puncaknya yakni pada akhir Mei hingga awal Juni 2020,” paparnya.
Menurut dia, meningkat atau tidaknya pasien corona di Kaltim bergantung dua hal, pertama, kebijakan dari pemerintah kabupaten/kota. Kedua, kesadaran masyarakat untuk mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap di rumah dan melakukan physical distancing.
“Semua ini tergantung dari pemerintah kabupaten/kota untuk ekstra ketat melakukan pembatasan sosial. Kemudian sejauh mana masyarakat menjaga pergerakan (atau physical distancing),” ucapnya.
Dari sisi pemerintah kabupaten/kota sendiri, ada yang telah melakukan upaya-upaya pembatasan sosial dengan cara memperketat pengaturan arus lalu lintas dan kegiatan masyarakat. Ada juga yang tidak melaksanakan. Kemudian ada yang telah melakukan, namun pelaksanaannya mulai longgar.
“Dari kebijakan pembatasan sosial yang dilakukan sejauh ini, hasilnya belum begitu maksimal. Karena aturan pembatasan sosial yang diterapkan, sepertinya belum berjalan dengan begitu baik. Dan ini yang sangat kami khawatirkan sebenarnya,” imbuh dia. (*)
Penulis/Editor: Dirhanuddin