Miris, Warga Desa Loa Duri Ulu dan Bakungan Kukar Rayakan Pergantian Tahun di Atas Kepungan Banjir Sungai Haur


Miris, warga Desa Loa Duri Ulu dan Bakungan Kukar rayakan pergantian tahun di atas kepungan banjir Sungai Haur. Pada Kamis malam pergantian tahun 2021 itu, warga di kedua desa itu justru harus bergumul menyelamatkan diri dan perabotan rumah tangga dari air bah yang mengepung rumah mereka.
Akurasi.id, Tenggarong – Perayaan pergantian Tahun Baru 2021 semestinya dilaksanakan dengan penuh kemeriahan. Namun tidak bagi masyarakat yang tinggal di sejumlah dusun di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Dalam pergantian tahun, mereka harus bergumul dengan menyelamatkan diri dan perabotan rumah tangga lantaran pemukiman mereka diterjang banjir.
Pada Kamis malam (31/12/2020), Desa Bakungan dan Desa Loa Duri Ulu yang berada di Kecamatan Loa Janan mendadak diterjang air bah. Air bah yang mencapai hingga sedada orang dewasa itu diketahui merupakan air yang meluap dari aliran Sungai Haur yang bermuara di Sungai Mahakam.
Debit air yang ada di Sungai Haur semakin meninggi setelah pada pagi harinya kawasan yang ada di Loa Janan dan sekitarnya diguyur hujan deras. Akibatnya, air dengan cepat meluap hingga merembet ke permukiman warga.
Titik konsentrasi banjir di Desa Bakungan terjadi di Dusun Jahuq, RT 20 dan Dusun Bentirah RT 21. Sedangkan di Desa Loa Duri Ulu, air bah membanjiri tiga dusun yakni Dusun Gintung, Putaq Bugis, dan Musaping di RT 10 dan RT 14 (Kilometer 5).
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun media ini, diketahui, tercatat 36 rumah warga terendam dan dikepung air setinggi 1,5 meter. Ada juga 17 rumah di RT 20, 13 di RT 21, dan 6 rumah di RT 10 serta RT 14.
Selain itu, terdapat 5 hektare area persawahan dan kebun milik warga rusak akibat terendam air. Petani memperkirakan, hanya tersisa 40 persen tanaman padi mereka yang bisa dipanen jika banjir dalam beberapa hari kedepan surut.
“Itu kalau surut. Kalau tidak juga karena cuaca terus hujan. Ya, pasti tidak ada yang bisa dipanen,” kata Mustafa (51) warga RT 20.
Menurutnya, kerusakan tanaman padi itu bukan hanya akibat terendam air di waktu yang cukup lama. Namun juga disebabkan kondisi air yang bercampur dengan lumpur.
“Bisa jadi luapan air sungai ini juga karena air dari kolam-kolam tambang meluap. Sebab di atas sana (hulu sungai) banyak juga tambang,” ucap Mustafa.
Pasang air sungai hingga memicu terendamnya permukiman itu, diakui dia, memang bukan pertama kali terjadi. Nursiah (35) warga RT 20 menceritakan, pada April 2018 lalu, luapan serupa pernah terjadi. Bahkan air sempat merendam rumah warga dengan ketinggian 50 sentimeter.
“Biasanya 4 hari 4 malam terendam. Itupun kalau tidak hujan lagi, dan air Sungai Mahakam tidak pasang. Dulu-dulu juga pernah terjadi, bahkan sampai jembatan kayu itu rusak parah. Tapi sudah diganti dengan jembatan baru yang lebih besar,” ujar Nursiah.
Diungkapkannya, dalam kondisi seperti itu tentunya bantuan sangat diharapkan warga. Di mana sembako dan obat-obatan paling diperlukan. Apalagi mereka tidak memiliki tempat pengungsian untuk sekadar berteduh sembari menunggu banjir surut.
“Kami tidak mungkin meninggalkan rumah, karena seperti saya ini, tidak ada keluarga di tempat lain. Selain itu juga tidak ada tempat pengungsian yang disediakan. Jadi kalau malam, tidurnya sementara menumpang di musala,” pungkasnya.
Sementara itu, di lokasi luapan aliran Sungai Loa Haur, sejumlah anggota BPBD Kukar dibantu tim relawan dan personil Polsek Loa Janan telah berada di lokasi kejadian.
“Kami bersama dengan relawan dan BPBD membantu jika ada warga yang membutuhkan untuk dievakuasi. Sampai saat ini baru dua kepala keluarga yang mau dan sudah dievakuasi,” tutur Kapolsek Loa Janan, AKP M Yasir.
Dikatakannya, untuk tenda dan dapur umum, sementara baru ada dari Relawan Mandiri Bakungan. Sedangkan untuk sembako, ada dari Desa Bakungan dan Polsek Loa Janan. “Jadi kami hadir untuk mengamankan, mengimbau serta membantu evakuasi bagi warga yang membutuhkan,” tandasnya. (*)
Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Dirhanuddin