Trending

Kisah Pilu Pasutri Asal Samarinda Harus Hidup di Gerobak dengan Bayinya Lantaran Tak Bisa Bayar Rumah Kontrakan

Loading

Kisah Pilu Pasutri Asal Samarinda Harus Hidup di Gerobak dengan Bayinya Lantaran Tak Bisa Bayar Rumah Kontrakan
Andika dan keluarga kecilnya saat ditemui awak media di rumah singgah setelah medapatkan pertolongan dari dermawan. (Muhammad Budi Kurniawan/Akurasi.id)

Akurasi.id, Samarinda – Sungguh miris apa yang menimpa pasangan suami istri (pasutri) asal Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) yang satu ini. Mereka adalah Andika dan Yanti. Sejak tanggal 21 Agustus 2020, dia dan istrinya harus tinggal di gerobak lantaran tidak mempunyai uang untuk membayar sewa rumah kontrakan.

Baca juga: Diduga Terjatuh di Anak Sungai SKM, Bocah 3 Tahun Hilang, Pencarian Masih Dilakukan

Hal yang cukup menyayat perasaan adalah, Andika dan Yanti juga harus hidup di gerobak bersama anak mereka yang masih balita berusia 1 bulan. Hal itu disebabkan lantaran Andika tak mampu membayar tunggakan rumah indekos sebesar Rp350 ribu, dan terpaksa menjadi gelandangan di jalanan.

“Saya cuma telat bayar 10 hari, tapi pintu rumah (sewa) langsung digembok. Makanya kami tinggal di gerobak,” cerita pria 35 tahun tersebut, ditemui Akurasi.id di Rumah Singgah, Jalan Dr Soetomo, Gang 4A, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Kamis (3/9/2020).

Jasa SMK3 dan ISO

Istri Andika bernama Yanti, diketahui baru saja melahirkan anak pertama mereka bernama Aditya Pratama yang berumur satu bulan. Sudah 14 hari keluarga kecil tersebut tinggal di Jalan Belatuk, Kelurahan Temindung Permai, Kecamatan Sungai Pinang. Hanya berlindung diri dari dalam gerobak. Berselimutkan kardus. Tanpa harta apapun lantaran semua barang-barang ditinggal di rumah sewa.

Beruntungnya kisah pilu Andika dan keluarganya, terdengar oleh sukarelawan dari Sedekah Mandiri Samarinda. Kamis dini hari, 3 September 2020, mereka dijemput dan dibawa ke rumah singgah, Jalan Dr Soetomo Samarinda.

Selanjutnya bayi Andika, Aditya Pratama yang berumur 1 bulan langsung dibawa ke dokter dan diperiksa. Keterangan medis diperoleh, tak ada penyakit dalam tubuh sang bayi. Hanya ruam-ruam di bagian leher. Iritasi kulit yang lazim terjadi kepada bayi.

“Kami sekeluarga begitu terbantu. Saya ucapkan terima kasih,” kata Andika dengan nada suara yang memberat dan wajah tertunduk.

Arisna Setiawati, koordinator Komunitas Sedekah Mandiri Samarinda, semula menerima informasi mengenai Andika dan keluarganya dari Grup Facebook Busam, salah satu forum warga Samarinda di media sosial. Setelahnya, dia bersama-sama komunitas, memastikan keberadaan Andika. Benar saja, keluarga kecilnya tinggal dalam gerobak sampah. Hanya muat dua orang.

Oleh komunitas ini, biaya persalinan sebesar Rp2 juta lebih sudah dilunasi. Dalam waktu dekat ongkos rumah sewa juga bakal dibayar. “Alhamdulillah banyak sukarelawan yang membantu. Untuk sementara mereka tinggal di Rumah Singgah ini, sampai Andika dapat pekerjaan baru,” sebut Arisna.

Andika dan keluarganya begitu bersyukur atas pertolongan yang diberikan. Untuk sementara juga bisa tinggal di Rumah Singgah. Pun dengan ponselnya telah ditebus. Besar harapannya bisa memperoleh pekerjaan. Agar anak dan istrinya bisa makan. “Jadi sopir pun sudah syukur. Yang penting ada,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Budi Kutniawan
Editor: Dirhanuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button