HeadlineTrending

Bolehkah Ibadah haji virtual? Menyoal program metaverse Dapat Mengunjungi Ka’bah di dunia maya

Loading

Ibadah Haji virtual tengah menjadi pembicaraan. Ibadah haji virtual menjadi pertanyaan masyarakat mengenai keabsahannya, sah atau tidak pergi haji atau umrah secara virtual.

Akurasi.id, Jakarta – Warga bisa mengunjungi Ka’bah Masjidil Haram di metaverse dan menjadi sebuah pengalaman baru bagi umat Muslim, namun aktivitas ini bukan ibadah haji sesungguhnya, karena bukan kunjungan fisik.

Pemerintah Arab Saudi pada Desember lalu meluncurkan program metaverse yang memungkinkan umat Muslim di seluruh dunia mendapatkan pengalaman mengunjungi Ka’bah secara virtual.

Imam Besar Ka’bah, Abdurrahman Sudeysi meluncurkan program bernama ‘Virtual Hacerülesved’ atau Hajar Al-Aswad Virtual. Bekerja sama dengan Universitas Umm al-Qura serta Kementerian Pameran dan Museum Arab Saudi.

Jasa SMK3 dan ISO

Menurut Sudeysi, digitalisasi perlu karena banyak warisan sejarah Islam yang ada di Masjid Mekah demi kepentingan bersama. Pengalaman mengunjungi Ka’bah secara virtual ini bisa menggunakan perangkat kaca mata realitas virtual (VR).

Mengutip dari Tech Briefly, pengalaman mengunjungi Ka’bah di metaverse tidak hanya memberikan pengalaman visual dan audio. Akan tetapi juga memberikan pengalaman berupa sentuhan dan bau.

Ibadah Haji Virtual Tidak Sah

Kementerian Agama Turki atau Diyanet menyatakan, bahwa mengunjungi Ka’bah secara virtual tidak termasuk sebagai ‘ibadah haji sebenarnya.’

Pernyataan tersebut muncul setelah diskusi panjang yang berlangsung selama satu bulan. Selasa (1/2/2022) Diyanet menyatakan bahwa mengunjungi Ka’bah secara virtual bukan bagian dari ibadah.

“[Ibadah haji di metaverse] ini tidak dapat terjadi,” kata Remzi Bircan, Direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet, seperti dikutip dari Hurriyet Daily News.

Menurut Bircan, ibadah haji harus terlaksana dengan semestinya di dunia nyata dengan tubuh yang berada di tanah suci umat Muslim tersebut.

“Orang-orang beriman dapat mengunjungi Ka’bah di metaverse, tetapi itu tidak akan pernah termasuk sebagai ibadah yang benar,” ujar Bircan.

“Kaki mereka harus menyentuh tanah [Kabah],” imbuhnya.

Bircan menyebut peluncuran program Ka’bah virtual ini kemungkinan untuk promosi. Seraya memberikan Museum Arkeologi di Istanbul yang melakukan hal serupa. (*)

Sumber: CNNIndonesia.com
Editor: Redaksi Akurasi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button