Dilema Sekolah Swasta di Bontang Hadapi Sistem Zonasi, Kurang Diminati hingga Terancam Tutup


Dilema Sekolah Swasta di Bontang Hadapi Sistem Zonasi, Kurang Diminati hingga Terancam Tutup. Jumlah siswa yang terus berkurang, memaksa pihak sekolah putar otak. Tidak sedikit guru harus angkat bendera putih lantaran gaji yang terbatas imbas minimnya siswa yang diajar.
Akurasi.id, Bontang – Kurangnya peminat pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, membuat sejumlah sekolah swasta SMA/SMK sederajat di Bontang, terancam tutup. Sistem zonasi hingga kebijakan penambahan jumlah rombel dari SMA negeri disinyalir menjadi penyebab menurunnya jumlah pendaftaran di setiap tahun ajaran baru.
Salah satu sekolah yang merasakan hal itu, yakni SMK YKPP Bontang. Biasanya sekolah ini menerima murid per tahunnya 80 hingga 100 siswa. Namun belakangan, jumlah siswa yang mendaftar menurun drastis, hanya sekitar 45 siswa dan siswi per tahun.
Menurunya jumlah pendaftaran ini tentunya juga berdampak pada upah guru yang bekerja di sekolah swsata. Selama ini beberapa sekolah swasta bisa bertahan hanya karena mengandalkan anggaran Bantuan Oprasional Sekolah (BOS).
Kepala SMK YKPP Bontang, Syahril mengatakan kondisi jumlah murid yang sedikit, akan berdampak pada kekosongan jam pelajaran. Hal itu juga akan mempengaruhi upah guru. “Tahun lalu sudah ada beberapa guru yang mengundurkan diri karena siswa kami sedikit,” ungkap Syahril, Sabtu (26/06/2021).
Kata dia, PPDB 2021 telah dibuka sejak awal Juni. Kendati demikian, sejauh ini jumlah pendaftaran baru mencapai 45 siswa. Sebenarnya jika mengikuti jadwal PPDB sekolah negeri, mestinya pendaftaran telah ditutup sejak beberapa hari lalu. Akan tetapi jumlah siswa dan kelas dirasa belum cukup. “Baru ada 45 yang daftar. Kami buka 4 kelas. Sementara setiap kelas minimal diisi 15 orang,” jelasnya.
Untuk menyiasati agar ada tambahan jumlah pendaftar, pihaknya harus memperpanjang waktu PPDB. Sebab jumlah kuota yang tersedia di SMK YKPP, sebanyak 135 siswa. Katanya, pendaftaran akan terus dibuka hingga pembelajaran kembali aktif awal Juli mendatang.
“Kami masih buka hingga belajar mengajar dimulai. Karena kemungkinan ada siswa yang gagal di sekolah negeri, jadi bisa kami terima. Kalau tidak begitu, siswa kami kurang. Karena siswa kami belum cukup 50 persen dari kuota yang tersedia,” ujarnya.
Hampir seluruh sekolah swata di Bontang mengalami kesulitan yang sama setiap kali tahun ajaran baru. Terkecuali sekolah swasta milik perusahaan. Selain karena sistem zonasi, turunnya jumlah pendaftaran ini juga diakibatkan lantaran sejumlah sekolah negeri diketahui ada yang menerima siswa melebihi jumlah kuota rombel yang ditetapkan dipetunjuk teknis PPDB.
Dia juga mengatakan, jumlah kuota siswa per rombel itu maksimal 36 siswa. Dengan demikian, apabila ada sekolah negeri yang menerima lebih dari rombel yang ditentukan, maka yang dirugikan adalah sekolah swasta. “Masih ada sekolah negeri menerima siswa lebih dari jumlah maksimal rombel. Kalau begini kami pasti yang dirugikan,” katanya.
Ia pun hanya bisa berharap, pemerintah kembali merancang aturan yang sedikit berpihak ke sekolah swasta. Sebab kalau terus dibiarkan seperti ini, banyak sekolah swasta di Bontang akan tutup. “Kami di sekolah swasta juga harus dipikirkan nasibnya. Karena kalau sampai tutup pasti banyak tenaga guru kehilangan pekerjaan,” ujarnya. (*)
Penulis: Fajri Sunaryo
Editor: Dirhanuddin