
Berikut deretan fakta buaya antarkan jasad balita di Muara Jawa. Dari kondisi tubuh yang masih utuh, hingga pendapat ahli mengenai fenomema tersebut.
Akurasi.id, Kukar – Hilangnya seorang balita bernama Muhammad Ziyad Wijaya (4), di perairan Muara Jawa, Kutai Kartanegara (Kukar), meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. Rabu (18/1/2023) lalu, merupakan pertemuan terakhir keluarga dengan balita tersebut.
Sore itu sekira pukul 15.00 Wita, Ziyad memang diketahui tengah bermain di belakang rumahnya. Sampai akhirnya, pihak keluarga hanya menemukan mainan Ziyad di belakang rumah mereka, yang juga terdapat sungai.
Ziyad akhirnya dinyatakan hilang usai upaya pencarian di sore itu tak kunjung membuahkan hasil. Ia diduga tenggelam. Sebab, mainannya masih tergelak di belakang rumah mereka.
Hingga akhirnya, kabar hilangnya ziyad dilaporkan kepada Basarnas, Kamis (19/1/2023) sekira pukul 10.20 Wita. Kemudian, ditemukan secara dramatis dua hari kemudian, Jumat (20/1/2023) pagi.
Berikut hal-hal yang diketahui atas penemuan jasad Ziyad, antara lain:
1. Jasad Ziyad Terlihat Dibawa oleh Buaya ke Tepi Sungai
Ziyad menghilang selama dua hari sebelum akhirnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Diketahui, Ziyad tenggelam saat bermain di tepi sungai.
Pada Jumat (20/1/2023), terlihat seekor buaya antarkan jasad balita ke tepi sungai. Pada saat itu, keluarga korban memang sudah menanti di tepi sungai untuk pencarian Ziyad di hari itu.
“Tadi pagi saat tim bergerak melakukan pencarian orang hilang hari kedua. Sekira jam 7 pagi tim mendapat informasi keluarga bahwa mereka melihat ada seekor buaya membawa jasad manusia. Setelah dilepas ternyata jasad itu anak yang kita cari,” ungkap Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Basarnas Kaltim Melkianus Kotta, Jumat (20/1/2023).
Melkianus mengatakan, orang yang pertama kali melihat buaya antar jasad balita tersebut adalah sekuriti perusahaan di sekitar lokasi. Saat itu, sekuriti melihat buaya tengah berenang dengan membawa tubuh korban.
2. Jasad Ziyad Masih Utuh
Dari video viral yang beredar. Pagi itu warga setempat dihebohkan dengan penampakan seekor buaya yang terlihat membawa sesuatu. Setelah diperhatikan dengan seksama, ternyata buaya tersebut membawa jasad seorang balita. Kemudian, diketahui bahwa jasad tersebut merupakan Ziyad.
Melihat buaya membawa jasad seorang manusia, tentu membuat warga yang berada di kawasan tersebut tidak mengambil langkah tergesa-gesa. Karena, walau bagaimanapun buaya merupakan hewan yang agresif.
Namun, buaya tersebut terlihat perlahan berenang ke tepi sungai. Kemudian, melepaskan jenazah tersebut disekitar perahu yang di atasnya ada anggota Basarnas. Evakuasi pun berjalan dengan lancar hingga jasad Ziyad dibawa oleh keluarga ke rumah duka.
“Saat dicek tidak ada bagian tubuh yang hilang. Semua utuh. Jadi, buaya inni kalau di kita malah membantu menemukan pencarian korban,” ucap Melkianus.
3. Peneliti Duga Ada Interaksi Intensif Manusia dan Buaya
Menanggapi fenomena tersebut. Peneliti satwa liar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amir Ma’ruf menduga, buaya tersebut kerap diberi makan oleh manusia. Oleh karena itu, ada semacam hubungan kedekatan.
Selain itu, menurutnya, habitat juga dapat menjadi salah satu faktor buaya tersebut tidak memakan jasad Ziyad. Karena, ada kemungkinan buaya lebih terbiaya memakan makanan tertentu, dibandingkan jasad manusia.
“Jadi itu buaya itu kan mungkin sudah berapa kali, sering dikasih makan. Anggaplah bisa memenuhi timbal balik dengan manusia. Misalnya bukan hanya buaya, yang lain pun seperti itu, terus sering berinteraksi, bagi dia (jasad balita) itu bukan makanannya,” ujar Amir, Sabtu (21/1/2023).
4. Mitos Warga Asli Kalimantan
Kemudian, beredar pula mitos bahwa orang asli Kalimantan tidak dimakan buaya. Menyikapi hal tersebut, Amir mengatakan, hal tersebut lebih kepada kearifan lokal.
Berkenaan dengan itu, ia tak menampik mitos adanya hubungan kekerabatan buaya dengan manusia. Karena, hingga saat ini sebagian besar masyarakat Kalimantan masih mempercayai hal tersebut.
“Contoh orang Dayak, orang Dayak punya kearifan lokal. Satu, mereka sudah tahu tempat-tempat di mana ada buaya. Mereka sudah tahu perilaku buaya. Misal, jam makan buaya. Akhirnya mereka menghindari (dimangsa buaya),” ujar Amir Ma’ruf.
Dia mengatakan kondisi itu berbanding terbalik dengan orang dari luar Kalimantan. Menurutnya, warga dari luar Kalimantan cenderung tak tahu banyak soal buaya sehingga menjadi rentan diserang.
“Orang di luar itu, bisa dibilang mereka enggak ngerti. Contoh orang luar, buaya pas jam makan, dia ada dimakanlah. Dianggaplah sebagai mangsa,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor: Devi Nila Sari