Catatan

Dengarkan Ahlinya, Pemerintah Harus Segera Putuskan Lockdown!

Loading

lockdown
Yusva Alam (dok pribadi)

Ditulis oleh: Yusva Alam

Bontang, 30 Maret 2020

SAMPAI sekarang jumlah pasien positif terinfeksi covid-19 terus mengalami peningkatan. Update per Minggu (29/03/2020) jumlah kasus positif corona di Indonesia mencapai 1.285 kasus. Sementara korban meninggal dunia bertambah menjadi 114 orang. Sedangkan pasien yang sembuh 64 orang.

baca juga: Moderasi Beragama  (Islam)

Jasa SMK3 dan ISO

Tidak hanya warga biasa, tenaga medis pun banyak yang terkena dampaknya. Terpapar hingga meregang nyawa. Tiga dokter spesialis, yakni dokter spesialis saraf, Hadio Ali Khatzatsin, spesialis bedah Djoko Judodjoko, dan spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Adi Mirsa Putra harus menghembuskan napas terakhir akibat terserang covid-19 setelah menangani pasien yang positif.

Melihat angka pasien meninggal mencapai ratusan orang itu seharusnya sudah sangat mengkhawatirkan. Seharusnya pula pemerintah segera mengambil langkah tegas, lockdown. Langkah yang sudah disarankan oleh para pakar dan ahli di bidang kesehatan.

Para pakar dan ahli ini sudah ‘berteriak-teriak’ menyerukan lockdown. Karena itulah cara yang harus ditempuh mengatasi wabah.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyetujui jika lockdown diterapkan. “Sangat setuju banget lockdown dan minta segera, itu penting,” kata Ketua Satgas covid-19 IDI. Menurut IDI, social distancing yang saat ini diterapkan akan mengalami kegagalan apabila masyarakat tidak disiplin. Apabila terus dibiarkan upaya pencegahan ini bisa gagal.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) cabang Jakarta, melalui ketuanya, Erlina Burhan mengatakan, pertimbangan lockdown harus menjadi prioritas, beserta memerhatikan konsekuensinya. “Mungkin itu harus dilakukan, jangan sampai terlambat. Tapi tentu saja dipikirkan juga bagaimana distribusi makanan, obat-obat, bagaimana rakyat kecil yang dapat uangnya secara harian. Kalau ada kompensasinya, mungkin orang akan patuh untuk tinggal di rumahnya,” kata Erlina.

Bahkan puluhan professor medis Indonesia juga menyerukan lockdown. Mengatakan kebijakan pemerintah melakukan aturan jarak fisik tidak efektif. Seruan ini muncul setelah banyaknya pekerja dan sarjana medis yang meninggal dunia di saat berjuang melawan covid-19.

“Lebih dari 500 sarjana di dunia medis menyatakan bahwa aturan jarak fisik tidak cukup untuk mengendalikan penyebaran covid-19, jadi yang kita perlukan untuk langkah pembatasan lebih lanjut diperlukan aturan ketat untuk memastikan orang-orang untuk tinggal di rumah. Pemerintah harus menerapkan denda untuk perorangan atau perusahaan yang melanggar peraturan,” tulis Ketua Dewan Siti Setiati.

Melihat penjelasan para pakar tersebut, seharusnya presiden jangan lagi berpikir panjang, segera mengambil langkah lockdown. Karena hilangnya nyawa itu seharusnya jauh lebih dipikirkan daripada perekonomian. Karena perekonomian yang ambruk bisa dibangun kembali, tetapi nyawa yang sudah hilang tidak akan bisa dikembalikan lagi. Seperti kata Presiden Ghana, Nana Addo Dankwa Akufo-Addo yang sedang viral itu.

Terkait social distancing, seharusnya bisa berjalan efektif kalau dibuat sebuah aturan legalnya. Pemerintah bisa represif mencegah, dan masyarakat akan taat dan patuh. Tetapi kalau hanya sekedar imbauan, masih banyak yang bakal meremehkan.

Begitu pula rasa kekhawatiran masyarakat menengah ke bawah untuk urusan ‘perut,’ saat lockdown diterapkan, seharusnya negara bisa mengatasinya. Mengalihkan sementara dana program lain, ke program pencegahan corona misalnya. Karena wabah corona ini yang paling urgent saat ini untuk diselesaikan. (*)

Editor: Dirhanuddin

Sekilas: Yusva Alam, begitu jenawa yang banyak orang kenal tentang sosok yang satu ini. Bagi Alam, sapaan karibnya, mimbar menyalin bukan barang baru, apalagi pentas yang asing. Tujuh tahun silam, pria berpostur tinggi telah menggeluti dunia jurnalistik.

Karirnya menyadur informasi, dimulainya dengan menjadi juru tinta di sebuah koran lokal, Bontang Post. Di bawah anak perusahaan Kaltim Post dan Jawa Pos Grup, Alam, mendalami bentala menyurat informasi menjadi sebuah ulasan pers, atau yang akrab disebut dengan berita.

Saat ini, dia beralih menjadi pewarta di media dering Akurasi.id. Sebuah media konten lokal di Tanah Benua Etam –sebuatn Kaltim. Dia juga menjadi seorang pemerhati masalah sosial dan politik di Indonesia dan mencarikan solusinya dalam Islam.


Artikel Terkait

Back to top button