Sahabat Orangtua Anak PDP Covid-19 yang Meninggal Ramai-Ramai Berikan Pembelaaan


Akurasi.id, Bontang – Para sahabat sekaligus rekan kerja turut memberi pembelaan untuk AL, orangtua dari anak Pasien Dalan Pengawasan (PDP) rapid test positif yang meninggal pukul 02.05 Wita di RSUD Taman Husada Bontang, Jumat (25/4/20) lalu. Pembelaan itu ditujukan saat AL menuai stigma negatif dari warga internet (warganet) di media sosial (medsos).
baca juga: Usai Anak PDP Meninggal, 30 Tenaga Medis di 2 Rumah Sakit Bontang Positif Covid-19 Hasil Rapid Test
Pembelaan itu ditulis pemilik akun Abe Roses. Pria yang bernama asli Sabet ini mengatakan dirinya sebagai sahabat sekaligus rekan kerja di Kantor Kecamatan Bontang Utara.
“Stop menyudutkan kawan kami,” tulis dia, sekira pukul 23.00 Wita, Jumat (24/4/20) di laman Facebooknya.
Dia mengatakan atas nama sahabat kerja di Kantor Kecamatan Bontang Utara Bapak AL, dirinya meminta kepada warga Bontang dan sekitarnya agar jangan langsung membuat argumen bila belum mendapat informasi yang pasti soal ayah dari anak positif Rapid Test Covid-19 yang meninggal dunia.
Akun Abe Roses ini juga membenarkan bahwa AL sempat melakukan perjalanan dari luar kota dengan beberapa rekan kerjanya. Kata dia, setelah kembali dari Jakarta, AL dan rekannya melakukan karantina mandiri selama 14 hari ditambah 7 hari.
“Akan tetapi keadaan Pak AL sendiri dan beberapa teman lainnya semua sehat dan bebas Covid-19,” begitu kalimat yang ditulisnya.
Mewakili AL, Abe Roses menyatakan hasil tes Jumat (24/4/20) dinyatakan negatif. Dirinya pun berspekulasi bahwa penularan Covid-19 yang dialami anak AMSM berasal dari tempat lain.
“Kemungkinan penularan Covid-19, saya tidak menuduh kemungkinan dari RS di mana pertama anak beliau dirawat,” jelasnya.
“Saya meminta untuk stop menyudutkan beliau yang sedang berduka hanya karena tidak berterus terang,” imbuhnya,,
Pun dengan akun Setyo Sanyoto turut memberi penjelasan di kolom komentar Facebook. Setyo yang juga merupakan rekan kerja di Kantor Kecamatan Bontang Utara ini menjelaskan kronologis perjalanan dinasnya bersama AL. Dia menuliskan dirinya bersama AL usai dari Jakarta tiba di Bontang pada 19 Maret 2020. Setiba di Kota Taman –sebutan Bontang-, mereka melapor ke Public Safety Center (PSC) penanganan Covid-19 di Bontang.
“Kami juga berangkat sama beliau sampai Bontang pun kami tanggal 19 maret langsung lapor ke bagian medis yang menangani Covid-19. Langsung karantina mandiri selama 14 hari mengikuti tahapan tersebut. Setelah itu kami melakukan aktivitas kerja seperti biasa Alhamdulilah sampai detik ini kami masih diberi kelancaraan kesehatan,” bebernya.
Setyo Sanyoto pun mengimbau kepada warganet agar berhenti memberikan stigma negatif kepada AL. Dirinya pun juga menjelaskan bahwa anak PDP tersebut sudah lama mengidap penyakit dan sering kontrol ke rumah sakit.
“Mohon stop membully kalau belum tau permasalahannya sebenarnya. Kasihan beliau udah kehilangan anaknya dan anaknya pun sudah lama sakit udah tahunan dan sering cek darah dan rentan terhadap serangan penyakit selalu menurun fisiknya atau kelainan,” paparnya.
Dia turut menyanggah pernyataan bahwa AL tidak jujur dalam memberi keterangan kepada pihak medis. Kata Setyo, pihak rumah sakit swasta tersebut menanyakan riwayat perjalanan selama 2 pekan terakhir. Menurutnya wajar saja jika ibu AL mengaku bahwa anak dan orangtua tidak melakukan perjalanan selama 2 minggu terakhir.
“Pertanyaannya pihak rumah sakit betul kan anda 2 minggu tidak keluar kota dan dijawab apa adanya ibu alhamarhum. Sudahlah jika anak saudara seperti ini gimana kasihan kita semua punya kekurangan dan kelebihan. Hanya Allah yg maha benar semoga di bulan puasa ini kita mendapat keberkahan Aamiin,” tutupnya.
Camat Bontang Utara Sudi Priyanto dalam akun Facebook-nya pun ikut memberi dukungan. Di komentar Facebook milik Abe Roses, dia menyatakan AL selaku orangtua AMSM tidak berbohong kepada petugas medis.
“Pertanyaan dari RS adalah apakah ada riwayat perjalanan dari luar kota selama kurun 2 pekan terakhir? Karena riwayat perjalanannya sudah lebih dari 2 pekan, maka dijawab Pak AL tidak pernah. Artinya beliau tidak berbohong menjawab pertanyaan yang diajukan,” tulisnya.
Sudi pun menuturkan sebaiknya setelah kasus tersebut pihak rumah sakit bisa memberi pertanyaan lebih detail.
“Mungkin next sebaiknya pertanyaannya cukup seperti ini saja, kapan terakhir Anda melakukan perjalanan dari luar kota. Kejujuran tetap menjadi kunci memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Siapapun harus jujur, namun jika sudah jujur maka jangan dibully,” sarannya. (*)
Penulis/Editor: Suci Surya Dewi