

Akurasi.id, Jakarta – Kelompok radikal sayap kanan Hindu di India, sempat melakukan berbagai tindak kekerasan kala umat Kristiani di negara itu. Terutama saat menyambut Natal tahun ini. Beberapa di antaranya, yakni hancurkan Patung Yesus dan pembakaran ornamen Sinterklas.
Kelompok sayap kanan Hindu ini menilai, umat Kristiani di India memanfaatkan perayaan Natal untuk membuat umat Hindu di sana pindah agama.
Sehari setelah Natal, Minggu (26/12), aksi hancurkan Patung Yesus di negara bagian Haryana. Tak hanya itu, Gereja Penebus Suci di Ambala juga menjadi sasaran kelompok tersebut, dikutip dari The Guardian.
Di malam sebelumnya, yakni malam Natal, Jumat (24/12), perayaan yang dilakukan di satu sekolah di Pataudi, Haryana sempat diganggu oleh kelompok sayap kanan Hindu India. Kelompok ini menyebut, acara yang diselenggarakan merupakan upaya ‘cuci otak’ anak-anak untuk menerima nilai-nilai Kristen.
Selain di negara bagian Haryana, kelompok ini juga menyerang perayaan Natal di kota Agra, Uttar Pradesh. Mereka membakar patung Sinterklas yang berada dekat dengan sekolah yang dipimpin misionaris.
Kelompok radikal Hindu India juga menuduh misionaris menggunakan perayaan Natal untuk memikat masyarakat akan ajaran Kristiani.
“Saat Desember datang, misionaris Kristen menjadi aktif atas nama Natal, Sinterklas, dan Tahun Baru. Mereka memikat anak-anak dengan memberikan hadiah Sinterklas ke mereka, dan menarik mereka menuju kekristenan,” tutur salah satu perwakilan kelompok sayap kanan Hindu India, Ajju Chauhan.
Sementara itu, ada dua unjuk rasa yang masuk ke gereja di wilayah Assom pada malam Natal. Mereka mengganggu misa dan menuntut semua umat Hindu yang masuk ke gereja tadi keluar.
“Biarkan orang Kristen yang merayakan Natal,” kata salah satu pria dalam video yang direkam kala mereka masuk dan mengganggu acara Natal di gereja tersebut.
“Kami menentang anak lelaki dan perempuan Hindu berpartisipasi dalam acara Natal, itu melukai sentimen kami. Mereka berpakaian rapi di gereja dan semua orang menyanyikan Selamat Natal. Bagaimana agama kami akan selamat?” tambah pria tersebut.
Sejak Perdana Menteri India Narendra Modi berkuasa pada 2014, kelompok sayap kanan Hindu telah mengkonsolidasi posisi mereka di sejumlah negara bagian. Mereka juga meluncurkan serangan skala kecil terhadap agama minoritas di negara itu, dan membela diri bahwa aksi itu dilakukan untuk mencegah konversi agama.
Mengutip Reuters, beberapa negara bagian India juga telah meloloskan atau mempertimbangkan Undang-Undang anti konversi, yang berpotensi mengurangi kebebasan memeluk kepercayaan. Serta hak lain yang dijamin konstitusi India terhadap kaum minoritas. (*)
Sumber: CNNIndonesia.com
Editor: Redaksi Akurasi.id