Bagikan Makanan di Buang Depan Mata, Inilah Suka Duka Relawan Banjir di Samarinda


Akurasi.id, Samarinda – Dalam suasana lebaran Idulfitri lalu, seharusnya semua orang menikmati momen setahun sekali bersama keluarga. Namun begitulah bencana, tak disangka-sangka kedatangannya. Banjir yang hampir menenggelamkan seluruh wilayah di Samarinda sejak Jumat (22/5/20) lalu menjadi kisah tersendiri bagi para relawan. Mereka yang berprinsip mengutamakan keselamatan sesama pun mengorbankan momen bersama keluarga di rumah.
baca juga: Samarinda Berstatus Tanggap Darurat, 10 Kelurahan Masih Dikelilingi Banjir
Para relawan ini rela menghabiskan waktunya untuk membantu saudara mereka yang terdampak banjir. Pantang lelah, dari pagi hingga malam mereka senantiasa membantu korban banjir. Mulai dari mengantarkan makanan, obat-obatan, dan mengevakuasi para korban banjir.
Dibalik suka duka menjadi relawan, pengalaman pahit harus dirasakan Rayhan (16) dan rekannya. Niat hari memberikan bantuan kepada korban banjir pada Selasa (26/5/20) sore lalu, namun makanan yang dia bawa dibuang seorang ibu yang merupakan warga Jalan Pemuda 1.
“Saat itu saya dan rekan saya pergi ke ujung Pemuda 1, tepatnya di Gang Pandawa dekat jembatan kayu dan ada seorang ibu meminta sembako yang saya bawa. Setelah melihat isinya, sembako itu dibuang ke genangan banjir di depan mata saya,” ucap rayhan kepada Akurasi.id, Rabu (27/5/20).
Rayhan menjelaskan, saat itu warga Jalan Sambutan itu tengah membawakan sembako berisi mie instan, snack, lilin, dan nasi bungkus dalam 1 bungkus plastik. Relawan bertugas mendistribusikan kepada warga korban banjir. Bukannya berterimakasih, oknum warga tersebut justru membuang bantuan itu.
“Sempat terjadi adu mulut antara rekan saya dan ibu itu namun saya lerai. Kami patuskan untuk kembali saja ke posko,” tuturnya.
Mendapat kejadian itu, dirinya mencurahkan isi hatinya kepada para relawan lainnya yang berada dalam satu grub Whatsapp Info Taruna Samarinda.
Menangapi hal itu, Ketua Info Taruna Samarinda – Tim Reaksi Cepat (ITS) (TRC) Joko mengatakan dalam situasi seperti ini para relawan sangat memaklumi hal tersebut. Sebab banyak hal yang membuat korban bersikap demikian. Salah satunya beban psikologis akibat bencana yang menimpa korban.
“Kita tidak pernah tau psikis para korban banjir itu seperti apa, sebab di hari besar Idulfitri ini harusnya mereka ikut lebaran. Namun lantaran banjir mereka tak melakukan itu,” ungkap pria yang akrab disapa Jokis ini.
Selain itu, Jokis juga mengimbau kepada tim relawannya untuk selalu sabar dan selalu aktif mengecek makanan sebelum disalurkan kepada korban bencana.
“Bisa saja makanan yang relawan berikan sudah basi lantaran sudah lama, untuk itu perlu juga adanya pengecekan sebelum membagikan kepada korban banjir,” pungkasnya. (*)
Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Suci Surya Dewi