Catatan dari ILC, Ekonomi Kaltim Mesti Berbenah, Pemerataan Infrastruktur Meski Digenjot


Akurasi.id, Samarinda – Ketergantungan ekonomi Kaltim dari hasil pertambangan menjadi pembahasan yang cukup apik pada gelaran diskusi Irwan Legislative Club (ILC) bertema ‘Politik Ekonomi Kita Hari Ini dan Nanti’ bertempat di Hotel Harris, Samarinda, Minggu (1/3/20) malam.
baca juga: Demokrat dan PDI Perjuangan Beri Isyarat Koalisi Mahyunadi-Ordiansyah di Pilkada Kutim 2020
Dikupasnya persoalan tersebut bukan tanpa diserta alasan yang jelas. Sebagai calon ibu kota negara (IKN) baru, Kaltim sudah semestinya mulai berbenah diri dari ketergantungan ekonomi dari sumber bahan baku fosil, dalam hal ini kegiatan pertambangan.
Akademisi dan Tokoh Intelektual Nasional, Rocky Gerung yang hadir sebagai salah satu panelis pada acara itu, pembangunan sebuah daerah yang tidak sadar tentang pentingnya pelestarian lingkungan, sama halnya dengan orang yang dungu.
Sebab menurutnya, ketergantungan ekonomi pada bahan baku fosil seperti minyak, gas dan batu bara, lambat laun akan mengikis kehidupan masyarakat itu sendiri. Karena dari hasil itu, ada keberlangsungan lingkungan yang dipertaruhkan.
“Begitu ada orang yang baru mendapatkan gelar sarjananya hari ini, besok dia tidak mengerti lingkungan, maka lusa selanjutnya dia akan menjadi orang dungu,” imbuhnya.
Di tengah reformasi dan revolusi lingkungan dunia saat ini, maka sudah semestinya isu lingkungan menjadi pembahasan yang cukup seksi. Bahkan dia mencontohkan, sebagai simbol perlawanan dari industri ekstraktif serupa, seorang remaja perempuan asal Finlandia bernama Greta Thunberg menjadi ikonik dan terus menyuarakan demo perawatan lingkungan dunia yang terus digerus.
Selain itu, di tengah wacana pemindahan IKN ke Kaltim, Rocky Gerung justru memiliki pandangan tersendiri atas isu tersebut. Menurutnya, di era 4.0 ini, seharusnya Kaltim dapat dijadikan pusat riset dunia. Karena Kalimantan digadang-gadang sebagai salah satu paru-paru dunia.
“Presiden kita (Joko Widodo) insinyur kehutanan, tapi tanam hutan beton. Saya bukan mengolok-olok tapi memang begitu kenyataannya,” nyelekit Rocky Gerung.
Sementara itu, Budayawan dan Penggiat Pariwisata Kaltim, Syafruddin Pernyata menyampaikan, ada empat unsur yang harus dipertimbangkan bagi perkembangan sebuah wilayah. Alam, budaya, buatan dan sejarah. Dari sisi sejarah, Kaltim memang telah diakui sebagai peradaban kerajaan Hindu tertua di Indonesia.
Dari aspek budaya, Kaltim memiliki peradaban budaya pantai yang sangat kaya, berada di wilayah Berau. Kabupaten Berau bahkan salah satu gugusan surga yang berada di Bumi Mulawarman.
“Kalau mau ke sana itu jauh, apalagi yang dari Jawa sana. Semakin lama waktu, tentu semakin banyak biayanya. Keindahan alam kita belum tereksplor secara maksimal, karena kita masih berkutat di sumber daya fosil,” sebutnya.
Keterlambatan pembangunan infrastruktur di Kaltim diakui anggota DPR RI Irwan. Menurutnya, ketimpangan dan ketidak seimbangan pembangunan itu harus disadari seluruh lapisan masyarakat. Ketergantungan pada tambang, membuat lingkungan terus terancam, sedangkan infrastruktur tidak maksimal.
“Kalau data yang saya dapat, jalan nasional di Kaltim hanya 1.500 kilo, sedangkan jalan nasional di Indonesia itu ada 45.000 kilo. (Artinya, jalan nasional di Kaltim) hanya 4 persen dari infrastruktur jalan nasional. Sedangkan pengelolaan SDA Kaltim sangat besar,” imbuhnya.
Acara yang diinisiasi Samarinda Televisi (STV) dengan pemandu acara Achmad Ridwan selaku Direktur STV dan juga wakil ketua PWI Kaltim ini, turut menghadirkan sejumlah narsumber berkompeten di bidangnya masing-masing. (*)
Penulis: Dirhanuddin