Untung dan Rugi Berjualan Sapi Menjelang Iduladha


Akurasi.id, Bontang – Menjelang hari raya Iduladha, penjual sapi mulai menjamur di Kota Taman. Usaha musiman ini dinilai menjanjikan keuntungan jika sapi terjual.
Salah seorang pedagang yang melakoni usaha ini adalah Sunarko. Dia berjualan di pinggir Jalan Pupuk Raya, Kecamatan Bontang Utara. Ia sudah menjajakan sapinya sejak 40 hari sebelum hari raya. Sekira 80 ekor hewan herbivora tersebut didatangkan dari Palu, Sulawesi Tengah.
“Rencananya pekan ini akan menambah kuota sebanyak 24 ekor sapi lagi,” ujarnya kepada Akurasi.id belum lama ini.
Sunarko menyebut harga sapi miliknya paling murah dijual Rp 14,5 juta. Bobotnya 180 kilogram. Sementara sapi dengan 700 kilogram dijual Rp 40 juta. Hingga saat ini, pemesanan sapi sudah mencapai 60 ekor.
Saat ini pemesanan sapi mencapai 60 ekor. Sapi yang dipesan harus dibayar dengan uang muka. Lalu Sunarko merawatnya sampai Iduladha.
“Sapi yang sudah dipanjar kami kasih tanda supaya tidak tertukar. Kemudian tetap rutin dikasih makan dan air bersih supaya tetap sehat dan bugar,” jelasnya.
Sudah lima tahun dia berjualan sapi di Bontang. Sunarko mengaku penjualannya masih stabil. Harga per ekornya pun tidak mengalami perubahan signifikan. Tahun lalu dia menjual 122 ekor hingga 134 ekor.
Sunarko enggan menyebut secara rinci keuntungan yang didapatnya dari setiap ekor sapi yang terjual. Dia mengaku trauma karena pernah menjadi korban perampokan di rumahnya lantaran membeberkan penghasilannya.
“Yang jelas ambil untung sedikit saja, Mbak. Karena dibagi juga untuk orang yang kerja carikan makanan sapi dan merawatnya,” kata dia.
Sunarko berbeda dengan Ossong. Penjual sapi di kawasan rencana pembangunan mal di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Tanjung Laut, Bontang Selatan.
Dia mengeluhkan penjualan tahun ini yang lebih sepi dibanding tahun silam. Padahal dia sudah membuka lapak sejak dua pekan lalu. Baru tujuh ekor sapi yang terjual.
“Kalau tahun lalu sebelum lebaran sudah banyak yang laku. Ya semoga nanti dekat lebaran bisa habis,” harapnya.
Tahun ini Ossong hanya membawa 54 ekor sapi dari Bone, Sulawesi Selatan. Untuk sampai di Bontang, dia melakukan perjalanan darat selama dua hari dua malam. Dia datang ke Bontang semata bertujuan menjual sapinya. Sudah 10 tahun ia melakoni usaha ini. Diakuinya, berjualan sapi di Bontang lebih menjanjikan keuntungan.
Sapi yang paling murah dijualnya Rp 15 juta. Sedangkan sapi paling mahal dijual dengan harga Rp 25 juta. Ossong mendapat keuntungan sekira Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per ekor. “Itu keuntungan kasar saja,” jawabnya.
Pendapatan itu belum dibagi untuk biaya perawatan sapi dan sewa tempat. Dia harus merogok kocek Rp 5 juta untuk biaya tersebut.
Sapi yang tidak terjual sebelum hari raya akan dibawanya ke rumah pemotongan hewan (RPH). Kemudian dia menjual dagingnya di pasar. “Sebenarnya rugi bisa sampai Rp 2 juta per ekor kalau sudah dipotong. [Tapi mau enggak mau harus begitu]. Daripada tidak laku,” sebutnya. (*)
Penulis: Suci Surya Dewi
Editor: Ufqil Mubin
Trim utk Beritanya yg sdh di shre ….di ralat P sunarto nya lebih 10 th jualan sapi nya .