
JAKARTA, Akurasi.id – Serangan ransomware yang melumpuhkan server Pusat Data Nasional (PDN) Indonesia menjadi sorotan media internasional, menyoroti kelemahan dalam sistem keamanan siber negara ini. Ransomware jenis Brain Chiper yang menyerang PDN telah berdampak signifikan, mengganggu 210 website milik lembaga dan instansi pemerintah.
Liputan Media Asing
Reuters, kantor berita berbasis di Inggris, memberitakan insiden ini dengan judul “Cyber attack compromised Indonesia data centre, ransom sought”. Reuters melaporkan bahwa penyerang meminta tebusan sebesar 8 juta dolar AS atau sekitar Rp 131 miliar. Serangan ini tidak hanya mengganggu berbagai layanan pemerintah, tetapi juga memengaruhi layanan imigrasi di bandara. Pakar keamanan siber Indonesia, Teguh Aprianto, menyebut serangan ini sebagai yang terparah, menyoroti masalah mendasar dalam infrastruktur keamanan siber pemerintah.
AP News, kantor berita berbasis di Amerika Serikat, juga melaporkan serangan ini dengan judul “Indonesia says a cyberattack has compromised its data center but it won’t pay the $8 million ransom”. AP News mencatat bahwa pemerintah Indonesia menolak membayar uang tebusan yang diminta oleh peretas dan tengah fokus pada pemulihan data serta isolasi data-data yang terdampak. Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan bahwa serangan ini mengganggu lebih dari 200 layanan pemerintah di tingkat nasional.
Analisis dan Dampak
Serangan ransomware ini menyoroti kelemahan dalam sistem keamanan siber Indonesia. Pakar keamanan siber menyarankan perlunya peningkatan perlindungan data dan infrastruktur teknologi informasi. Menurut Teguh Aprianto, serangan ini menunjukkan bahwa pemerintah perlu meningkatkan kesiapan dan respons terhadap ancaman siber. Infrastruktur keamanan yang lebih kuat dan pelatihan untuk tenaga ahli di bidang ini sangat diperlukan untuk mencegah serangan serupa di masa depan.
Tanggapan Pemerintah Indonesia
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU), Hasyim Asy’ari, menegaskan bahwa serangan ini harus menjadi perhatian nasional, terutama menjelang Pilkada 2024. KPU berencana memperkuat sistem keamanan data dan mengevaluasi kembali kerja sama dengan lembaga lain untuk memastikan perlindungan yang lebih baik. Pemerintah Indonesia, melalui Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), berfokus pada pemulihan data dan investigasi menyeluruh terhadap serangan ini.
Pandangan media asing terhadap serangan ransomware di Indonesia menunjukkan kekhawatiran serius terhadap keamanan siber nasional. Serangan ini menjadi peringatan bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan dan memastikan perlindungan data yang lebih baik. Dengan kolaborasi antara pemerintah, lembaga keamanan siber, dan ahli di bidang ini, diharapkan insiden serupa dapat dicegah di masa mendatang.(*)
Penulis: Ani
Editor: Ani