
Buya Syafii Maarif dikabarkan meninggal dunia setelah alami henti jantung. Kondisi kesehatan Buya Syafii Maarif menurun beberapa hari terakhir.
Akurasi.id, Yogyakarta – Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif wafat di DI Yogyakarta (DIY) pada Jumat (26/5) pagi. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan langsung kabar itu.
Sosok dengan sapaan karib Buya Syafii itu, kata Haedar, meninggal di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, DIY.
“Muhammadiyah dan bangsa Indonesia berduka. Telah wafat Buya Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif pada hari Jumat tgl 27 Mei 2022 pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping,” kata Haedar dalam keterangan tertulisnya, Jumat.
Haedar mengatakan akan menginformasikan kembali pemakaman almarhum.
“Semoga beliau husnul khatimah, Allah SWT menerima amal ibadahnya dan mengampuni kesalahannya, terlapangkan kuburnya, dan mendapat tempat di jannatun na’im. Mohon memaafkan kesalahan beliau dan do’a dari semuanya,” pungkas Haedar.
Buya Syafii sebelumnya sempat perawatan RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Sabtu (14/5) lalu karena mengalami sesak nafas.
Pihak rumah sakit namun 17 Mei kemarin menyebut kondisi Buya Syafii sudah stabil. Namun ia masih memerlukan banyak istirahat.
Dokter Jelaskan Kondisi Kesehatan Buya Syafii Sebelum Wafat
Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii disebut mengalami henti jantung sebelum meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Jumat (26/5). Dokter Spesialis Jantung Pembuluh Darah RS PKU Muhammadiyah Gamping Dr. Evita Devi Noor Rahmawati menjelaskan kondisi Buya Syafii sejak perawatan di rumah sakitnya, 14 Mei 2022 lalu.
“Serangan jantung pertama sekitar Maret, lalu pulang. Tanggal 14 Mei, masuk lagi,” kata Evita di RS PKU Muhammadiyah, Gamping, Sleman.
Sejak saat itu tim dari RS PKU Muhammadiyah dan tim medis kepresidenan berkoordinasi mengupayakan kateterisasi jantung untuk Buya Syafii.
“Ternyata hasilnya memang pembuluh darah jantungnya ini sudah sulit, sumbatannya terlalu banyak, terlalu keras dan memang sudah sulit untuk pemasangan ring ataupun operasi bypass,” jelas Evita.
“Sehingga kami dari tim medis, dari dokter jantung, dari tim dokpres pun, dokter jantung dari dokpres pun sudah ke sini sendiri dan melihat sendiri. Kita memutuskan untuk melakukan pengobatan yang optimal dulu,” sambungnya.
Pengobatan ini, menurut Evita, membuahkan hasil positif. Kondisi Buya Syafii mulai stabil dan mulai melepas alat bantu pernafasan.
“Fisioterapi, bahkan kita sudah merencanakan beliau untuk memulangkan sebetulnya,” imbuh Evita.
Akan tetapi, pada Kamis (25/5) malam Buya Syafii mengeluhkan sesak nafas. Hasil evaluasi tim medis, pasien mengalami serangan jantung ulang dan penanganan sesuai prosedur standar.
“Semalaman sudah mengeluhkan, merasa tidak nyaman, namun ternyata tadi pagi beliau mengalami henti jantung. Kita lakukan resusitasi, kita lakukan pengobatan dan resusitasi jantung dan paru selama kurang lebih satu jam karena henti jantung,” paparnya.
Jantung Buya Syafii kembali berdenyut, usai upaya satu jam penanganan itu. Namun demikian, lantaran kondisi sumbatan yang sudah terlampau berat maka henti jantung kembali terjadi 40 menit setelahnya di ruang ICCU.
“Pertolongan kembali, resusitasi kembali kita lakukan, namun pertolongan yang terakhir ini tidak dapat mengembalikan seperti yang awal. Sehingga kami nyatakan meninggal dunia,” katanya.
Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP)Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif alias Buya Syafii meninggal dunia pada Jumat pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta. Buya Syafii wafat pada usianya yang ke 86 tahun.
Rencananya pemakaman Buya Syafii di Pemakaman Husnul Khotimah yang terletak di Dusun Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo selepas waktu Salat Ashar nanti. (*)
Sumber: CNNIndonesia.com
Editor: Redaksi Akurasi.id