Biarawati di Samarinda Dikabarkan Meninggal Akibat Corona, Dinkes: Hasil Swab Negatif


Akurasi.id, Samarinda – Beredarnya kabar adanya salah seorang biarawati di Samarinda yang meninggal karena positif mengidap virus corona atau Covid-19, Minggu (5/4/20) lalu, dibantah Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. Informasi itu disebut tidak benar atau hoaks semata.
baca juga: Nasib 2 Ribu Pedagang Pasar Malam di Samarinda Terkatung-Katung, Minta Pemerintah Adil
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Samarinda, Osa Rofshodia mengaku, berdasarkan data pasien corona yang dimiliki pihaknya, tidak ada satu pun pasien yang berprofesi sebagai seorang biarawati. Apalagi ada pasien corona yang meninggal.
“Pasien saat dilakukan tes menggunakan rapit tes, hasilnya negatif. Begitu juga dengan hasil Swab-nya, negatif,” kata Osa kepada awak media, Selasa (7/4/20) siang.
Hasil Swab Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya terhadap yang bersangkutan, tambah dia, bahkan mendapatkan prioritas. Jika biasanya hasil Swab baru akan dikeluarkan selang 7 hari sejak sampel dikirim, maka tes terhadap biarawan itu hanya butuh waktu sekitar 2 hari saja.
“Lantaran isu ini berkembang di masyarakat, kami meminta pusat untuk segera mengirimkan hasil tes Swab-nya secepat mungkin, untuk bisa memastikan hasil dari tes yang bersangkutan,” ujarnya.
Sebelumnya, seorang biarawati atau disebut suster M, melapor ke Call Center Covid-19 lantaran yang bersangkutan memiliki riwayat bepergian ke Jakarta sebagai daerah transmisi lokal wabah pandemi corona di Indonesia.
Sebelum pasien meninggal pada 5 April 2020, Dinkes Samarinda sudah lebih awal mengambil sampel penyakit bersangkutan untuk dilakukan uji Swab dan telah dikirim ke BBLK Surabaya.
“Sebelum pasien meninggal di Rumah Sakit Dirgahayu, pada hari (pasien melaporkan) itu juga kami (mengambil sampel darah pasien dan kami) kirim Swab-nya untuk dapat diuji di BBLK Surabaya. (Dan hasilnya negatif),” tuturnya.
Meski begitu, diakui Osa, pasien memang memiliki riwayat perjalanan untuk menghadiri kegiatan di Jakarta pada 20 Maret 2020. Pada kegiatan itu, ada 33 suster yang ikut, yakni dari Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
Bersama peserta kegiatan lain, Suster M menerima kunjungan dari seorang donator yang ternyata terinfeksi virus corona dan meninggal dunia. Atas alasan itu pasien melaporkan dirinya sebagai orang dalam pemantauan (ODP) corona.
“Mengetahui kabar tersebut, maka Suster M yang baru sampai di Samarinda pada 23 Maret, langsung menghubungi Call Center 112 untuk memastikan kondisinya,” ungkapnya. (*)
Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Dirhanuddin