HeadlineLingkungan

Dugaan Tambang Batu Bara Penyebab Banjir di Kutai Timur

Loading

Bencana banjir di Kutai Timur beberapa waktu terakhir ini terparah setelah kejadian serupa 2021. Sebagian pihak menduga tambang batu bara menjadi penyebab banjir di Kutai Timur.

Akurasi.id, SangattaBanjir yang melanda lima desa di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim), sejak Sabtu (19/3) lalu belum sepenuhnya surut pada Senin (21/3). Banjir yang mengakibatkan ribuan warga mengungsi dan satu orang meninggal dunia itu, merupakan yang terparah setelah banjir serupa pada 2001 silam.

Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim menduga, penyebab banjir besar selama tiga hari di Kutai Timur itu  akibat aktivitas pembongkaran kawasan hutan serta perbukitan oleh perusahaan batu bara PT Kaltim Prima Coal (KPC).

Jatam memperoleh data, selama banjir tiga hari sejak 19-21 Maret sebanyak 366 bangunan terendam banjir dan 16.896 warga terdampak. Para warga yang terdampak ini berasal dari dua kawasan yakni Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan.

Jasa SMK3 dan ISO

“Gara-gara ini pula ribuan warga harus mengungsi dari rumahnya karena genangan air terus meninggi. Bahkan ada korban jiwa bernama Suriyati,” ujar Pradarma Rupang, Dinamisator Jatam Kaltim kepada CNNIndonesia.com, Senin (21/3).

Rupang menuturkan, perkiraan jumlah warga yang terdampak akibat genangan banjir terus bertambah, mengingat luas serta tingginya permukaan air hingga mencapai ketinggian leher orang dewasa.

Wilayah paling parah berada di Kecamatan Sangatta Selatan tepatnya di tiga desa yakni Desa Sangatta Selatan, Pinang Raya dan Singa Geweh.

“Laporan terakhir yang kami terima. Hingga kini pusat kota dan jalan raya masih terendam air hingga setinggi paha orang dewasa,” imbuhnya.

Daya Rusak Banjir Terparah Sepanjang 20 Tahun Terakhir

Rupang kembali menegaskan, daya rusak banjir kali ini di Kutai Timur jauh lebih besar. Serta paling parah sepanjang 20 tahun terakhir. Hujan yang mengguyur selama dua hari menunjukkan potret rapuhnya dua kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan dari bahaya banjir.

“Rapuhnya kawasan ini bukan tanpa sebab. Penyebab banjir yang saat ini berlangsung  akibat pembukaan hutan dan berganti menjadi tambang skala besar di wilayah hulu sungai Sangatta,” tegasnya.

Dia menambahkan, PT KPC merupakan perusahaan batu bara raksasa. Memperoleh kontrak karya dari pemerintah sejak 1982 silam hingga kini. Dengan kata lain, sudah 39 tahun KPC mengeruk bumi Kutai Timur.

Luasan konsesi ketika itu ialah 90.938 hektare dan terbaru pada 2022, luasan konsesi korporasi ini menciut menjadi 61.543 ha.

“Setiap tahunnya, KPC memproduksi batu bara sebanyak 60 juta metrik ton. 75 persen hasil produksinya di ekspor ke luar negeri,” tegasnya lagi.

Terpisah, Manager External Relation PT KPC, Yordhen Ampung menuturkan, banjir yang terjadi di sejumlah kawasan Sangatta akibat curah hujan sangat tinggi.

“Jadi tidak benar kalau banjir yang terjadi penyebabnya karena KPC,” terangnya.

Dia menambahkan, banjir yang terjadi di Sangatta Utara, Sangatta Selatan, dan Bengalon bisa menjadi bukti karena terjadi dalam waktu yang bersamaan.

“Bahkan, daerah yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan area tambang KPC seperti Kecamatan Karangan dan Telen juga banjir,” pungkasnya. (*)

Sumber: CNNIndonesia.com
Editor: Redaksi Akurasi.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button