Pariwara

Bangun Kemandirian Desa, Pemdes di Kukar Diajak Gali Potensi Desa dan Serius Kembangkan BUMDes

Loading

Bangun Kemandirian Desa, Pemdes di Kukar Diajak Gali Potensi Desa dan Serius Kembangkan BUMDes
BUMDes Bersinar Desaku di Desa Muara Enggelam adalah contoh sukses desa mengelola usaha listrik komunal atau KLIK ME. (Istimewa)

Bangun kemandirian desa, pemdes di Kukar diajak gali potensi desa dan serius kembangkan BUMDes. Dengan terbangunnya kemandirian desa, maka program pembangunan yang ingin dilaksanakan desa dapat dilaksanakan dengan cepat, tanpa harus tergantung dari pemerintah kabupaten atau pusat.

Akurasi.id, Tenggarong – Upaya mendorong dan membangun kemandirian pemerintah desa terus dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar). Di antaranya mendorong setiap pemerintah desa (pemdes) untuk terus menggali berbagai potensi desa yang dapat dikembangkan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Baca juga: Jabatan Fungsional di Pemkab Kukar Diperbanyak, Sunggono: PNS Sebaiknya Persiapkan Diri

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Kukar menilai, desa-desa di Kota Raja –sebutan Kukar- pada dasarnya memiliki potensi yang sangat luar biasa jika digali secara serius, baik itu di sisi pariwisata, kesenian, pertanian dan perkebunan, dan sektor usaha lainnya.

Jasa SMK3 dan ISO

Mengapa desa-desa di Kukar mesti memulai membangun kemandirian? Menurut Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Ekonomi Masyarakat BPMPD Kukar, Dedi Surianto, ketika desa mampu meningkatkan penghasilan desa, maka dari sisi pembangunan desa menjadi mandiri dan percepatan pembangunan di desa juga dapat dilakukan.

Jika melihat data, setidaknya ada sebanyak 189 BUMDes yang ada di Kukar. Sejauh ini baru ada ada 87 BUMDes yang sudah memiliki penghasilan sendiri. Tantangan ke depan yakni bagaimana agar semua BUMDes dapat memiliki penghasilan dan yang sudah berjalan dapat ditingkatkan lagi.

“Kalau semua desa di Kukar sudah bisa mandiri, maka desa tidak perlu lagi bergantung hanya pada dana transfer dari pemerintah. Intinya, jangan sampai menunggu bantuan terus. Bantuan itukan ada batasnya, baik lewat DD, ADD atau DAK. Makanya, kami akan terus membina pemdes mengembangkan BUMDes,” tuturnya.

Di sisi lain, menurutnya, ketika pemdes bisa mandiri lewat BUMDes yang mereka punya, maka secara tidak langsung desa telah iktu serta membangun pondasi ekonomi Pemerintah Kukar. Artinya, ketika ada gejolak ekonomi, seperti yang terjadi pada saat terjadi defisit nasional 2014-2016 lalu, maka desa tetap dapat membangun tanpa harus menunggu dana transfer dari pemerintah.

Karena sebagaimana diketahui, Kukar adalah salah satu daerah yang paling terkena imbas dari defisit nasional yang terjadi pada 2014 lalu. Di mana ketika itu, pemerintah pusat memutuskan memangkas sejumlah spot dana transfer ke pemerintah daerah. Akibatnya, penyaluran Dana Desa (DD) maupun Alokasi Dana Khusus (DAK) dari pusat hingga Alokasi Dana Desa (ADD) dari kabupaten terseok-seok.

“Makanya, kami terus berupaya mendorong setiap pemdes mengembangkan BUMDes mereka. Berbagai langkah pembinaan semaksimal mungkin akan kami coba berikan,” tandasnya. (*)

Penulis: Pewarta
Editor: Muhammad Aris

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button