HeadlineTrending

Mulai 2022, AstraZeneca Bakal Ambil Untung dari Vaksin COVID-19

Loading

Mulai 2022, AstraZeneca Bakal Ambil Untung dari Vaksin COVID-19
Ilustrasi. (PIUS ERLANGGA)

Akurasi.id – Tidak lagi gratis, Vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca bakal ambil untung. Walaupun awalnya dikembangkan tanpa memperhitungkan faktor keuntungan penjualan. Karena alasan ini vaksin kemudian dapat diakses oleh berbagai negara dan menjadi yang paling banyak digunakan di dunia.

Namun demikian setelah muncul laporan kerugian, AstraZeneca belakangan memutuskan untuk mulai mengambil keuntungan dari vaksin COVID-19. Salah satu pejabat tinggi AstraZeneca, Pascal Soriot, menjelaskan keputusan ini berdasarkan kedaruratan pandemi yang perlahan sudah menjadi endemi.

Pascal lebih jauh mengatakan vaksin AstraZeneca nantinya tetap akan diberikan gratis untuk negara berpenghasilan menengah ke bawah.

“Virus ini menjadi endemi yang artinya kita harus belajar hidup berdampingan dengannya,” kata Pascal seperti dikutip dari BBC, Sabtu (13/11/2021).

Jasa SMK3 dan ISO

“Kita memulai vaksin ini untuk menolong. Tapi kita juga sudah bilang perlahan akan berubah mengambil keuntungan dari vaksin,” lanjutnya.

Dikabarkan AstraZeneca bakal ambil untung sekitar Rp 71.000 dari biaya dasar pembuatan vaksin Corona mulai tahun 2022.

Vaksin Booster Berbayar Mulai 2022, Ini Kisaran Harga Sinovac hingga Pfizer

Pemberian vaksin ketiga sebagai booster rencananya akan dimulai pada Januari 2022. Meski begitu, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan penyuntikkan dosis ketiga baru akan dilakukan ketika 50 persen populasi sudah divaksin dua dosis.

Pemenuhan dua dosis vaksin kepada separuh populasi ditargetkan selesai pada Desember 2021.

“Semua negara yang memulai booster itu dilakukan sesudah 50 persen penduduknya disuntik dua kali. Dan kita perkirakan ini akan terjadi di bulan Desember,” kata Budi Gunadi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Senin (8/11/2021).

Baca juga: Makin Banyak Wilayah Nihil Kasus, Ini Daftar Terbaru Zona Hijau COVID-19 RI
Vaksin dosis ketiga atau booster yang hendak disuntikkan tidak gratis seperti dosis pertama atau kedua. Jadi, orang yang hendak mendapatkan booster harus membayar.

“Rencananya ke depan sudah bicarakan dengan Bapak Presiden adalah ini pertama prioritasnya lansia dulu, karena lansia tetap yang berisiko tinggi. Kedua, baru yang akan ditanggung (biayanya) oleh negara adalah yang peserta PBI,” jelas Budi.

Masyarakat Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan adalah mereka yang pemberian vaksin boosternya ditanggung oleh pemerintah. Di luar lansia dan penerima PBI, diharuskan membayar.

Sejauh ini, Indonesia menggunakan beberapa jenis vaksin, antara lain Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer. Melansir data dari UNICEF, berikut perkiraan harga vaksin saat masyarakat harus membelinya:

  1. Sinovac
    UNICEF melaporkan harga untuk Sinovac di Indonesia adalah US$ 13,6 atau setara dengan Rp 193 ribu (asumsi Rp 14.253/US$). Harga Sinovac ini beragam di setiap negara, tercatat Brasil, Filipina, hingga Ukraina harganya US$ 10 sampai US$ 18 atau senilai dengan Rp 142 ribu hingga Rp 255 ribu.
  2. Sinopharm
    Argentina, China, Hungaria, hingga Kazakhstan merupakan sejumlah negara yang menggunakan vaksin Sinopharm. UNICEF melaporkan harga di setiap negara tersebut bervariasi, mulai dari termurah di Argentina seharga US$ 9 atau Rp 127 ribu, hingga paling mahal di Hungaria US$ 36 atau Rp 511 ribu per dosis.

Sementara di Indonesia, Sinopharm sudah dipakai untuk program Vaksin Gotong Royong. Pemerintah telah menetapkan harga vaksin Sinopharm Rp. 321.660 per dosis.

  1. AstraZeneca
    Berdasarkan laporan UNICEF, vaksin AstraZeneca digunakan di Uni Eropa, Amerika Serikat, Kolombia, Brasil, hingga India. Harga berkisar US$ 2,19 hingga US$ 4.
  2. Moderna
    Vaksin Moderna digunakan di Amerika Serikat, Uni Eropa, hingga Argentina. Di AS, Moderna dijual dengan harga US$ 15 atau setara dengan Rp 213 ribu. Uni Eropa menetapkan harga untuk Moderna sebesar US$ 18 atau senilai Rp 255 ribu. Sementara di Argentina US$ 21,5 atau seharga Rp 305 ribu.
  3. Pfizer
    Laporan UNICEF memaparkan vaksin Pfizer digunakan di Afrika Selatan, Uni Eropa, hingga Amerika Serikat. Harga Pfizer paling mahal diterapkan Uni Eropa seharga US$ 23,15 atau Rp 329 ribu per dosis. Di Amerika Serikat, Pfizer dibanderol seharga US$ 19,5 atau senilai dengan Rp 277 ribu.

Sementara paling murah di Afrika Selatan dengan harga US$ 10 atau Rp 142 ribu per dosis. (*)

Editor: Redaksi Akurasi.id

Sumber: Detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait

Back to top button