
![]()
Bekasi, Akurasi.id – Warga Kota dan Kabupaten Bekasi belakangan ini ramai mengikuti program pemindaian retina mata yang ditawarkan oleh layanan digital WorldID melalui aplikasi World App. Program ini menjanjikan imbalan uang tunai hingga ratusan ribu rupiah, yang membuat banyak warga tergiur meski belum mengetahui secara pasti tujuan dan penggunaan data yang dipindai.
Merespons fenomena ini, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto meminta masyarakat yang sudah terlanjur memindai data biometrik retina ke WorldID agar segera melapor ke Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfostandi) Kota Bekasi. Langkah ini dilakukan sebagai upaya antisipasi terhadap potensi penyalahgunaan data pribadi.
“Nanti kalau ada hal-hal kemudian terkait dengan pemakaian data, ya terkait dengan warga masyarakat, sejak awal tentu akan lebih mudah diantisipasi,” ujar Tri di Bekasi, Rabu (7/5/2025).
Berdasarkan informasi dari akun resmi Diskominfo Kota Bekasi, warga dapat melapor melalui tautan https://bit.ly/PendataanWorldCoin, menghubungi layanan Patriot Siaga 112, atau datang langsung ke Kantor Diskominfostandi di Jalan Lapangan Bekasi Tengah, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur.
Tri menegaskan pentingnya basis data yang valid agar pemerintah dapat melakukan pelaporan dan pengamanan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Supaya kita memiliki data ya, supaya kita memiliki basis data yang kemudian mungkin bisa kita laporkan,” imbuhnya.
Di lapangan, iming-iming uang instan dari WorldID menjadi daya tarik utama bagi warga. Seperti diungkapkan Mulyana (38), warga Kampung Gabus, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi. Ia mengaku tertarik mengikuti program ini karena desakan ekonomi.
“Saya ikut program ini ingin membantu ekonomi saya, karena kesulitan. Siapa tahu bisa kebantu gitu dengan adanya solusi kayak gini,” ujar Mulyana yang sempat mendatangi gerai WorldID di Jalan Ir H Juanda bersama keluarganya.
Mulyana mengaku tertarik setelah melihat temannya berhasil mendapatkan uang Rp 300.000 per bulan selama satu tahun dari program tersebut. Namun, ia juga mengakui ada kekhawatiran data matanya bisa disalahgunakan, terlebih setelah pemerintah membekukan layanan WorldID di Indonesia.
“Ada kekhawatiran, di hati juga ada. Mungkin disalahgunakan apa gimana,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Siti (20), warga Kampung Gabus lainnya. Ia tergiur imbalan uang Rp 200.000 dari pemindaian retina lewat aplikasi World App.
“Saya daftar di World App katanya biar dapat uang. Katanya dapat Rp 200.000-an,” kata Siti.
Fenomena ini menjadi cerminan betapa kondisi ekonomi yang sulit dapat mendorong masyarakat untuk mengambil keputusan berisiko terhadap data pribadi. Pemerintah daerah kini berupaya merespons cepat dengan membangun sistem pelaporan agar data masyarakat tetap terlindungi.(*)
Penulis: Nicky
Editor: Willy









