Hasil Rapid Test Tak Jadi Jaminan Seseorang Positif Covid-19, Begini Penjelasannya

![]()

Akurasi.id, Samarinda – Rapid test atau tes cepat saat ini menjadi alat yang banyak digunakan pemerintah untuk mendeteksi dini adanya wabah virus corona baru atau Covid-19 pada diri seseorang. Lalu apakah rapid test sudah menjadi barometer untuk memastikan seseorang positif Covid-19 atau tidak? Ini masih banyak menimbulkan perdebatan di masyarakat.
baca juga: Pasien Positif Covid-19 Bertambah 8 Orang, Se-Kaltim Sudah Tembus 115 Kasus
Terkait hal itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Andi Muhammad Ishak mencoba memberikan penjelasan. Dia menuturkan, ketika ada seorang pasien yang memiliki hasil rapid reaktif, tidak lantas berarti seseorang itu dapat dinyatakan positif Covid-19.
“Alasannya, karena rapid test itu hanya untuk diagnosis awal tim medis, namun kepastiannya harus dilakukan uji Swab untuk memastikan bahwa pasien baner-baner dinyatakan positif Covid-19 atau tidak,” sebutnya, Selasa (29/4/20).
Andi memaparkan, rapid test memiliki kelemahan, di mana rapid test tidak secara spesifik langsung mendiagnosis Covid-19, tetapi mendiagnosis banyak virus yang ada dalam tubuh seseorang.
“Agar bisa dipahami masyarakat, rapid test itu bukan hanya mendiagnosis virus corona, namun juga virus-virus lainnya, jadi ketika seorang pasien ditetapkan reaktif hasil rapid test, belum tentu orang itu positif Covid-19,” tuturnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, hingga dengan saat ini, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kaltim mencatat setidaknya ada 11 kasus pasien dalam pengawasan (PDP) yang dinyatakan meninggal.

“4 di antara pasien itu dinyatakan negatif, 1 terkonfirmasih positif, 1 kasus probabel, dan 5 kasus lainnya masih menunggu hasil uji Swab di BBLK Surabaya,” ungkapnya.
Selain itu, kebanyakan dari pasien dengan status PDP yang telah meninggal dunia, kebanyakan diakibatkan penyakit pemberat atau bawaan yang sedang diidapnya. “Kebanyakan PDP yang meninggal biasanya dikarenakan adanya penyakit penyerta yang sudah berat, sehingga membuat kondisi pasien memburuk dan meninggal,” katanya.

Dia berharap, agar masyarakat tidak memarjinalkan seseorang yang memiliki hasil rapid test reaktif. Karena itu bukan menjadi penentu utama seseorang itu positif terinfeksi wabah virus corona atau tidak. Masyarakat juga harus lebih memahami istilah-istialah dari Covid-19.
“Masyarakat tidak boleh salah persepsi dengan istilah-istilah Covid-19. Masyarakat harus bisa memahami istilah yang kami sebutkan, agar dalam mendapatkan informasi yang di berbagai media, tidak keliru,” imbuhnya. (*)
Penulis: Muhammad Budi Kurniawan
Editor: Dirhanuddin









